Sabtu 30 Nov 2019 10:32 WIB

Perdana Menteri Irak akan Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Irak akan mengundurkan diri sebagai respons atas aksi demonstrasi

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Pengunjukrasa yang terluka dievakuasi menjauhi lokasi  unjukrasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).
Foto: Khalid Mohammed/AP Photo
Pengunjukrasa yang terluka dievakuasi menjauhi lokasi unjukrasa di Baghdad, Irak, Kamis (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi berencana mengajukan pengunduran dirinya ke parlemen negara. Langkah ini diambil menyusul pertumpahan darah yang tak terbendung dari buntut dari aksi demonstrasi yang berujung pada bentrokan.

Hal itu disampaiakan Abdul Mahdi, Jumat (29/11) sebagai tanggapan atas seruan untuk pergantian kepemimpinan oleh pemimpin tinggi Syiah Irak, Ayatollah ali al-Sistani. "Saya akan menyerahkan kepada parlemen sebuah memorandum resmi pengunduran diri dari perdana menteri saat ini sehingga parlemen dapat meninjau kembali pilihannya," ujar Abdul Mahdi seperti dikutip Aljazirah, Sabtu.

Baca Juga

Hari sebelumnya, Sistani mendesak parlemen untuk mempertimbangkan kembali dukungan terhadap pemerintah. "Kami menyerukan kepada Dewan Perwakilam dari mana pemerintah saat ini muncul untuk mempertimbangkan kembali polihannya dalam hal itu," kata Sistani dalam khotbah Jumat di kota suci Najaf.

Abdul Mahdi mengatakan dia sepenuhunya mendengarkan khotbah Sistani. Abdul Mahdi membuat keputusan sebagai tanggapan atas seruannya seraya memfasilitasi dan menyelesaikan kisruh di negaranya secepat mungkin.

Rencana Abdul Mahdi terjadi sehari setelah lebih dari 50 demonstran meninggal ditembak pasukan keamanan. Protes memang telah terjadi sejak awal Oktober, namun kemarin adalah hari paling berdarah yang terjadi sejak protes antipemerintah dimulai.

Total ratusan orang tewas dan ribuan orang lainnya terluka sejak dimulainya demonstrasi. Pasukan keamanan menggunakan amunisi langsung, gas air mata, dan granat kejut terhadap mereka yang turun ke jalan.

Protes yang dipicu oleh kemarahan yang meluas atas korupsi, pengangguran massal, dan layanan publik yang gagal. Tuntutan itu mencengkeram Baghdad dan beberapa kota di Irak selatan.

Salah satu pendiri Organisasi Kebebasan Wanita Irak, Yanar Mohammed, mengatakan pengunduran diri Abdul Mahdi adalah langkah pertama untuk menang atas pemerintah sektarian dan kriminal yang korup. "Ini terasa seperti kemenangan pemeberontakan rakyat yang akhirnya kekuatan dan kemauan rakyat pemeberontakan telah diatasi," katanya.

Akan tetapi pengunjuk rasa tidak puas hanya dengan pengunduran diri perdana menteri. Pengunjuk rasa juga bersumpah untuk terus berdemonstrasi di jalan-jalan sampai semua tuntutan mereka dipenuhi.

"Syaratnya adalah semua partai politik harus keluar dari formula politik. Mereka tidak dapat diterima lagi. Mereka semua mengambil bagian dalam pembunuhan kriminal para demonstran. Kita harus melanjutkan pemberontakan sampai semua kondisi kita terpenuhi," kata Mohammed.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement