REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Partai ekstrim kanan Jerman Alternative for Germany (AfD) pilih ketua baru. Kelompok garis keras itu semakin populer di Jerman setelah memenangkan beberapa pemilihan daerah.
Dilansir dari Aljazirah pemungutan suara yang dilakukan perwakilan AfD di Kongres pada hari Sabtu (30/11) ini akan menentukan nasib partai. Partai anti-imigran dan anti-Islam ini semakin populer sejak masuk parlemen dua tahun yang lalu.
Walaupun populer tapi AfD juga memiliki banyak musuh. Diperkirakan ada 12 ribu orang yang menggelar unjuk rasa di depan Kongres untuk menentang AfD yang mereka sebut sebagai partai rasialis.
Di sisi lain pendukung mereka menggelar pawai pada Jumat (28/11) malam lalu. Sekitar 1.000 orang berpakaian hitam-hitam berjalan menuju pusat kota. Mengabaikan seruan kelompok anti-fasis.
Di gedung Kongres, Braunschweig, ketua dewan AfD Alexander Gauland, 78 tahun diperkirakan akan tersingkir dari jabatannya. Sementara Joerg Meuthen, 58 tahun, mempertahankan kursinya dari kelompok paling radikal di partai itu.
Pemimpin faksi garis keras Fluegel AfD Bjoern Hoecke tidak terang-terangan menginginkan jabatan Gauland. Tapi siapa pun yang ingin jabatan itu harus mendapatkan dukungan dari faksinya.
AfD yang baru didirikan enam tahun yang lalu terbelah dalam perseturan pribadi dan ideologis. Satu kandidat yang mungkin menyenangkan semua pihak adalah Tino Churupalla, seorang anggota parlemen berusia 44 tahun dari timur negara bagian Saxony.
Chrupalla yang sempat bertemu dengan Steven Bannon, mantan penasihat Presiden Amerika Donald Trump tahun ini, dapat mengandalkan dukungan Hoecke. Pada saat yang sama diam-diam Gualand juga berjanji mendukungnya.
Namun Chrupalla juga menghadapi lawan tangguh. Anggota parlemen dari AfD lainnya Gottfried Curio juga menginginkan kursi yang diincar Chrupalla. Curio seorang orator ulang yang pidatonya di parlemen membuatnya menjadi bintang media sosial bagi orang-orang ekstrem kanan. Chrupalla juga berusaha menampilkan dirinya sebagai kandidat yang lebih serius.
Namun ia membawa banyak orang marah dengan retorikanya. Pada bulan lalu dicemooh di parlemen setelah menuduh Kanselir Angela Merkel memperlakukan pemilihnya sebagai 'bawahan' dengan 'mikro-agresi terhadap segala sesuatu yang berbau Jerman'.
Chrupalla juga menyebut 'Islamisasi di Barat' adalah hal 'nyata'. Ia mengatakan hal itu dapat mengubah populasi di Jerman. Tidak seperti kebanyakan anggota parlemen Jerman lainnya yang memiliki gelar doktor. Chrupalla tidak memiliki pendidikan setinggi itu. Ia juga mencerca apa yang ia sebut sebagai kelas intelektual Jerman.