REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang ibu memiliki jasa yang tidak bisa dibandingkan dengan apa pun kepada anaknya. Lantas, bagaimana anak bisa membalas kasih ibu, meski hanya seujung kuku?
Keutamaan ibu bahkan tersampaikan di salah satu hadist Rasulullah: "Aljannatu tahta aqdamil-ummahat,". Yang artinya: "Surga terletak di bawah kaki ibu."
Adapun perawi-perawi yang meriwayatkan hadist itu antara lain Imam Abu Bakar Asy-Syafi’i di dalam kitab ‘Ar-Ruba’iyyat, Imam Abu Asy-Syaikh di dalam kitab Al-Fawaid, Imam Al-Qudha’i di dalam kitab Musnad Asy-Syihab, dan Imam Ad-Daulabi dari jalur sahabat Anas bin Malik. Begitu pula dengan Imam Al-Khathib meriwayatkannya di dalam kitab Al-Jami’ Li Akhlaq Ar-Rawi dan Imam Suyuthi di dalam kitab Al-Jami’ As-Shaghir.
Masih terdapat beberapa perawi hadis yang juga meriwayatkan tentang hadis tersebut menurut para ulama dan sejumlah pakar. Salah satu perawi yang disinggung adalah Manshur dan Abu An-Nadhr yang tak diketahui identitasnya. Akibat ketiadaan informasi mengenai dua perawi tersebut, hadis ini secara sanad dihukumi hadis dhaif (lemah).
Namun secara esensi, makna hadis ini dihukumi shahih. Apalagi terdapat hadis-hadis pendukung tentang pentingnya berbakti kepada ibu dari sejumlah perawi hadis yang kredibel dan terpercaya.
Begitu landasan anjuran berbakti kepada ibu telah kuat, para anak pun tak luput dari ganjaran pahala jika berbakti. Imam Hasan Al-Bashri bahkan pernah memberikan predikat pahala lebih tinggi membahagiakan ibu oleh anak, dari pahala melaksanakan ibadah haji yang sunnah.
Hal itu sebagaimana yang dijabarkan dalam kitab Athayib Al Jana. Saat itu Hisyam bertanya kepada Imam Hasan Al-Bashri ketika dirinya gamang memilih antara belajar Alquran dan di saat bersamaan sang ibu menunggunya untum makan bersama. Hal ini kemudian dikonsultasikan Hisyam kepada Imam Hasan Al-Bashri.
Maka, beliau pun menjawab: "Makanlah bersama ibumu, sesungguhnya membahagiakan hati ibumu itu lebih utama daripada (pahala) haji yang sunnah."