REPUBLIKA.CO.ID, APIA -- Wabah campak telah mengakibatkan 53 orang di Samoa meninggal. Jumlah kasus penderita campak terus meningkat di negara tersebut.
Menurut informasi yang dirilis Pemerintah Samoa pada Senin (2/12), sebagian besar korban yang meninggal adalah anak-anak. Pada Ahad dan Senin, otoritas Samoa mencatat terdapat sekitar 198 kasus baru. Sebelumnya telah terdapat lebih dari 3.700 kasus penderita campak yang ditangani Samoa.
Samoa dinilai sebagai salah satu negara yang rentan dilanda wabah campak. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) cakupan vaksin di negara tersebut hanya 31 persen.
Sejak mendeklarasikan keadaan darurat akibat wabah campak pada 20 November lalu, Samoa telah berjuang untuk memperluas cakupan vaksinnya. Dari sekitar 200 ribu penduduknya, Samoa telah memvaksin setidaknya 58.150 orang.
Wabah campak telah mengakibatkan sekolah dan universitas di Samoa ditutup. Pertemuan umum pun dilarang digelar. Selain Samoa, negara Pasifik lainnya seperti Tonga dan Fiji telah mengahadapi masalah serupa. Namun belum ada laporan tentang korban jiwa akibat campak di kedua negara tersebut.
Pada Oktober lalu WHO memperingatkan tentang kembalinya epidemi campak di seluruh dunia. WHO melaporkan kasus virus tersebut naik 300 persen dalam tiga bulan pertama 2019.
Tak hanya di negara-negara berkembang, kasus campak pun meningkat di negara maju seperti Jerman dan Amerika Serikat (AS). Banyak orang tua menolak mengimunisasi anaknya karena berbagai alasan, termasuk agama dan isu yang menyebut vaksin dapat menyebabkan autisme.