REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian mengatakan, Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) saling mempromosikan prinsip toleransi di antara sesama warga negara.
"Indonesia adalah negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, agama dan bahasa. Begitupun dengan Uni Emirat Arab dimana ratusan kewarganegaraan berbeda ada di Uni Emirat Arab," ujar Tito Karnavian dalam perayaan Hari Nasional UEA ke-48 di Jakarta, Senin (2/12).
Meskipun demikian, kedua negara mampu menjaga kehidupan warga negara dalam atmosfir keterbukaan, saling menghormati, dan hidup berdampingan berdasarkan prinsip toleransi.
"Saya sangat tertarik dengan tema perayaan Hari Nasional UEA ke-48, yaitu Tahun Toleransi. Saya berharap simbol toleransi terus dapat dikembangkan Pemerintah Uni Emirat Arab," kata dia.
Dalam kesempatan tersebut, Menteri Dalam Negeri menyampaikan bahwa Uni Emirat Arab berhasil mengembangkan indeks pembangunan manusia ke arah yang baik.
"Negara ini menjadi salah satu negara yang makmur. Pendapatan per kapita Uni Emirat Arab sekitar 7 ribu dolar AS," kata dia.
Duta Besar Uni Emirat Arab (UEA) untuk Indonesia, Mohammad Abdulla Al Ghfeli, mengatakan 2019 dinobatkan oleh UEA sebagai Tahun Toleransi.
Saat ini warga UEA berasal dari 200 kewarganegaraan berbeda yang hidup dalam atmosfir keterbukaan, saling menghormati, dan hidup berdampingan berdasarkan prinsip toleransi, kata Dubes.
Di tahun yang sama, Paus Fransiskus berkunjung ke UEA bersama Syekh Al-Azhar Ahmad Al-Tayeb guna menandatangani dokumen "Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama."
Dokumen ini menegaskan tekad UEA untuk menanamkan semangat toleransi dalam masyarakat, membangun budaya keterbukaan dan dialog, dan menolak semua jenis diskriminasi berdasarkan agama, jenis kelamin, ras, warna kulit atau bahasa.