Selasa 03 Dec 2019 18:26 WIB

Setan Juga Menggoda Saat Berbuat Baik, Bagaimana Bisa?

Setan menggoda manusia saat berbuat kebaikan pula.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Nashih Nashrullah
Saat berbuat kebaikan pun setan akan menggoda manusia. Foto ilustrasi berzikir.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Saat berbuat kebaikan pun setan akan menggoda manusia. Foto ilustrasi berzikir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setan telah ditakdirkan menjadi makhluk yang kerap mengganggu keimanan manusia. Gangguan setan pada hakikatnya tak hanya terjadi pada aktivitas negatif, namun juga dalam aktivitas positif. 

Pegiat dakwah di media sosial, Ustazah Neneng Maghfiro, menyampaikan, gangguan setan memang terjadi di mana-mana dan dalam aktivitas apapun. Misalnya dalam aktivitas positif, kadang manusia kerap terpancing untuk melakukan keburukan.   

Baca Juga

"Yang paling sederhana, berdakwah adalah baik. Namun cara menyampaikan dakwah kadang-kadang salah, pakai bahasa kasar, meremehkan orang lain, atau cenderung egois dan keras kepala. Ini juga godaan (setan)," kata Ustazah Neneng kepada Republika,co.id, di Jakarta, akhir pekan lalu, Ahad (1/12).  

Senada dengan hal tersebut, Pakar tafsir terkemuka Quraish Shihab menyatakan, bahwa manusia dianjurkan untuk selalu berhati-hati. Meskipun dia tengah melakukan dan mengupayakan moderasi, bukan tak mungkin setan akan mengganggunya.  

Dia mengatakan, tidak ada satu kegiatan positif yang setan tidak datang kepada seseorang, kecuali meminta seseorang tersebut untuk melebihkan atau menguranginya. 

Pak Quraish mencontohkan ketika seseorang hendak memberikan uang Rp 50 ribu ke pengemis, setan datang dan membisiki untuk mengurangi atau bahkan menambah (yang jatuhnya bisa jadi ria) nilainya.     

"Boleh jadi dia (setan) berkata, hei Rp 50 ribu itu waduh terlalu sedikit, tambah, dong. Bisa jadi juga mengurangi, bahwa Rp 50 ribu terlalu banyak. Macam-macam caranya setan membujuk (manusia)," ungkapnya.   

Pentingnya moderasi (wasathiyah) dalam beragama harus dibarengi kehati-hatian. Selain itu, moderasi juga harus dibarengi dengan pengetahuan dan pengendalian emosi. 

Pengendalian emosi ini, kata dia, menjadi hal terberat karena kerap seseorang bertindak melampaui batas, atau kurang dari batas minimal.  

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement