Selasa 03 Dec 2019 21:41 WIB

Teknologi Analisis Nuklir Batan Dapat Identifikasi Polutan

BATAN memiliki teknologi manfaatkan nuklir untuk mengindetifikasi polutan udara.

Pejalan kaki melintasi alat pengukur kualitas udara. Ilustrasi
Foto: Antara/Fakhri Hermansyah
Pejalan kaki melintasi alat pengukur kualitas udara. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Teknologi Nuklir Indonesia (BATAN) memiliki teknologi dengan memanfaatkan nuklir untuk mengidentifikasi polutan yang berada di udara dan bahkan dapat membantu analisis asal dari polutan tersebut.

"Nuklir digunakan untuk menganalisis sampelnya dengan menembakkan sampel debu dengan sinar x-ray atau gama ray. Bedanya adalah sampel itu tidak akan rusak, sampelnya akan tetap utuh," ujar peneliti kualitas udara BATAN Muhayatun Santoso ketika ditemui dalam acara workshop dan pameran BATAN-IAEA Collaborating Center di Hotel Kristal, Jakarta Selatan, Selasa (3/12).

Dengan menggunakan teknik nuklir tersebut, Profesor Muhayatun dapat mengetahui jenis konsentrasi masa dengan mengetahuinya dari partikel paling kecil hasil dari penembakan sinar x-ray atau gama.

Perbedaan dengan alat-alat real time yang digunakan untuk mengukur polusi harian adalah alat tersebut hanya dapat mengukurkonsentrasi polutan tanpa mengetahui kandungan apa saja.

Pakar kualitas udara itu sudah mengumpulkan ratusan sampel dari berbagai tempat di Indonesia untuk memperkaya data untuk penelitian polutan yang berada di udara di Indonesia.

Dari data tersebut selain dapat menemukan jenis polutan yang ada di udara, jika digabungkan dengan data-data sains lain seperti arah angin dan geografis maka dapat menarik berbagai kesimpulan lain seperti penyebab tingginya polutan tersebut.

Teknologi itu juga dapat dimanfaatkan dalam kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di mana jika terjadi asap melewati batas negara dan daerah maka bisa dideteksi dari mana sebenarnya asap itu berasal, ditambah dengan gambar citra satelit untuk menjadi bukti.

"Saya punya data jangka panjang dari berbagai tempat. Jakarta dan Surabaya punya jumlah yang sama tapi isi (polutannya) sangat berbeda. Ditambah dengan arah dan kecepatan angin," ujar pakar kualitas udara itu.

Selain dapat mengetahui jenis polutannya, identifikasi polutan menggunakan teknologi nuklir tersebut bisa juga mengetahui penyebab munculnya polutan tersebut apakah hasil dari kejadian alam seperti letusan gunung berapi atau hasil kegiatan manusia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement