Rabu 04 Dec 2019 10:15 WIB

Pengamat: FWA Harus Lihat Kondisi Indonesia Secara Umum

Budaya kerja ASN tak bisa disamaratakan.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Muhammad Hafil
ASN saat bekerja di kantor (Ilustrasi)
Foto: Republika/Fakhri Hermansyah
ASN saat bekerja di kantor (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat Administrasi Publik Unpad, Yogi Suprayogi menilai usulan soal flexible working arrangement (FWA) harus dilihat secara menyeluruh. Sebab, ia mengatakan budaya kerja ASN di masing-masing wilayah di Indonesia tidak bisa disamaratakan. 

Ia menjelaskan, konsep FWA adalah bagaimana mengatur kerja namun tetap memiliki output dan outcome yang sesuai dengan target organisasi. "Pertanyaannya apakah ASN siap? Mau tidak mau harus siap sebenarnya. Di era seperti ini kan mudah untuk mengerjakan sesuaru dari rumah," kata Yogi pada Republika, Selasa (3/12) malam. 

Baca Juga

Namun, ia menuturkan konsep ini tidak bisa diterapkan ke semua jenis ASN. Ia mencontohkan layanan langsung ke masyarakat seperti dokter. Meskipun saat ini sudah ada peralatan untuk operasi jarak jauh namun masih terbatas dalam beberapa hal. 

Yogi beranggapan, budaya kerja sebagian besar ASN di Indonesia belum bisa langsung diterapkan dalam konsep FWA. Oleh sebab itu, ia menegaskan ASN Indonesia membutuhkan waktu apabila konsep tersebut akan diterapkan. 

"Saya lihat budaya kerjanya belum bisa seperti itu. Jadi, di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, sudah bisa. Tapi coba ke daerah lain seperti Papua," kata Yogi. 

Ia menjelaskan, Papua memiliki kondisi dan medan yang sangat berbeda dari yang ada di kota-kota besar lain. Konsep bekerja dengan lokasi dan waktu fleksibel, menurut Yogi bisa jadi tidak efektif bila diterapkan di daerah-daerah lain. 

"Jadi harus lihat average, jangan lihat hanya di Jakarta, atau kota-kota besar lainnya," kata dia lagi. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَاِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّ اَرِنِيْ كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتٰىۗ قَالَ اَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۗقَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَىِٕنَّ قَلْبِيْ ۗقَالَ فَخُذْ اَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِفَصُرْهُنَّ اِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِيْنَكَ سَعْيًا ۗوَاعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌحَكِيْمٌ ࣖ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” Allah berfirman, “Belum percayakah engkau?” Dia (Ibrahim) menjawab, “Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap).” Dia (Allah) berfirman, “Kalau begitu ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Ketahuilah bahwa Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.

(QS. Al-Baqarah ayat 260)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement