Rabu 04 Dec 2019 13:52 WIB

Yenny Wahid Puji Komitmen Kesultanan Oman pada Perdamaian

Yenny Wahid mengatakan Kesultanan Oman terlibat dalam mempromosikan perdamaian.

Yenny Wahid Puji Komitmen Kesultanan Oman pada Perdamaian. Foto ilustrasi.
Foto: Republika/Prayogi
Yenny Wahid Puji Komitmen Kesultanan Oman pada Perdamaian. Foto ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MUSCAT -- Di sela kunjungan ke Oman untuk menghadiri simposium tentang Pengembangan Ilmu Fikih, Yenny Wahid mendapat kesempatan bertemu dan berdialog dengan raja setempat dan perwakilan pemuda di Muscat, ibu kota Oman, Senin (2/12).

 

Baca Juga

Yenny secara khusus memuji upaya Kesultanan di bawah kepemimpinan Yang Mulia Sultan Qaboos bin Said dalam mempromosikan perdamaian, hidup aman berdampingan secara damai di antara warga masyarakat yang beragam, juga dalam menyebarkan budaya toleransi dan harmoni. ”Hal lain yang patut dipuji adalah komitmen Oman terhadap pelestarian nilai-nilai dan adat istiadat masyarakat serta agama. Satu komitmen yang sangat dibutuhkan oleh dunia yang didasarkan pada penghargaan terhadap orang lain,” kata Yenny, dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/12). 

 

Yenny menambahkan, banyak negara mengklaim telah merangkul nilai-nilai perdamaian dan toleransi. Namun, tidak lebih dari propaganda.

”Kasus di Oman sangat berbeda. Kesultanan benar-benar terlibat dalam mempromosikan perdamaian dan toleransi sebagai nilai yang berasal dari kepribadian unik masyarakatnya,” ujar Yenny.

 

Selama berada di Oman, Direktur Wahid Foundation itu berkesempatan mengunjungi beberapa tempat penting seperti Masjid Agung Sultan Qaboos, Gedung Opera Royal, dan sejumlah landmark terkenal Oman yang mencerminkan kedalaman budaya negeri di belahan tenggara Semenanjung Arab itu. Sementara, saat bertemu kalangan pemuda, Yenny membawa pesan tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan, juga pentingnya dialog antarperadaban.

Ia mencontohkan Indonesia di mana toleransi juga dijaga dengan kuat oleh masyarakat. ”Kami di Indonesia berusaha hidup dalam toleransi dan harmoni satu sama lain. Kami memiliki lebih dari 300 bahasa dan dialek, tetapi rakyat dipersatukan oleh bahasa Indonesia dan hidup damai di bawah identitas keindonesiaan,” ujar Yenny.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement