REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Setelah singgah di Jakarta, Yogyakarta, dan Makassar, Japanese Film Festival (JFF) bersiap mendatangi Surabaya pada 6 sampai 8 Desember 2019. Untuk pertama kalinya sejak 2016, JFF hadir di Kota Pahlawan, tepatnya di CGV Marvell City.
JFF menyajikan 13 film di Surabaya, dengan sinema pembuka drama keluarga Bento Harassment. Deretan film lain terdiri dari berbagai genre, mulai dari laga, komedi, misteri, musikal, animasi, hingga tayangan historis.
Beberapa judul yang bakal hadir yaitu Little Love Song, A Banana? At This Time of Night?, Children of The Sea, Masquerade Hotel, dan Samurai Shifters. Harga tiket untuk tiap pemutaran film sebesar Rp 20 ribu.
Hadir pula film My Dad is a Heel Wrestler arahan sutradara Kyohei Fujimura, pilihan cocok untuk penonton yang datang bersama keluarga. Penyuka sinema laga bisa memilih The Fable besutan sutradara Kan Eguchi.
JFF di Surabaya juga memutarkan film bisu Angel Sign yang diadaptasi dari lima komik pemenang kompetisi "Silent Manga Audition". Terdapat lima kisah yang diarahkan sutradara berbeda, lantas dirangkai menjadi satu.
Salah satu sineas yang terlibat adalah sutradara Indonesia Kamila Andini. Dia mengarahkan bagian bertajuk "Back Home" yang dibintangi aktor Indonesia Teuku Rifnu Wikana bersama aktris Jepang Yoshida Mikako, dan artis cilik Abigail.
Selain pemutaran film, JFF juga menyelenggarakan diskusi bertema "Meracik Rasa dengan Mata: Diskusi Potret Makanan Melalui Film". Sesi bincang santai akan berlangsung pada Sabtu, 7 Desember 2019, berlokasi di Midtown Residence Surabaya.
Topik tersebut merespons Kota Surabaya yang populer dengan kulinernya. Dua pembicara yang hadir yakni sutradara Edwin dan penulis buku Yogi Ishabib. Mereka akan membahas tuntas tentang potret makanan sebagai komponen penting dalam sebuah film.