REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Masyarakat Jawa Barat diimbau untuk mewaspadai bencana angin puting beliung dan banjir. Imbauan ini diberikan khususnya bagi warga yang tinggal di kawasan rawan bencana tersebut.
"Pada November 2019, angin kencang atau puting beliung mendominasi kejadian bencana sampai 47 persennya," ujar Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Supriyatno, di Kantor BPBD Jabar, Rabu (4/12).
Saat ini, kata dia, baru sekitar 40 persen Jawa Barat yang sudah memasuki musim hujan. BMKG memperkirakan musim hujan terjadi merata di Jabar dan mencapai puncaknya pada Januari dan Februari 2020.
"Hujan memang tidak terlalu merata di Jabar, baru 30 sampai 40 persen. Ini memang berpotensi munculnya fenomena angin kencang, puting beliung," katanya.
Supriyatno mengimbau warga di kawasan yang tahun-tahun sebelumnya terkena puting beliung untuk waspada kembali karena angin ini biasanya berulang di wilayah yang sama. Penyebab angin kencang lainnya, adalah adanya sejumlah gunung tinggi di Jabar. Karenanya, kawasan yang diimbau untuk waspada adalah yang berdekatan dengan Gunung Ciremai seperti Cirebon, Kuningan, dan Majalengka.
Selain itu, kata dia, yang diimbau waspada adalah kawasan Sumedang dan Subang yang dekat dengan Gunung Tampomas, kemudian Bogor, Sukabumi, Cianjur, yang dekat dengan Gunung Gede dan Gunung Salak. Kawasan Bandung bagian timur pun, seperti Rancaekek, Cileunyi, dan Ujungberung, diimbau waspada terutama yang dekat dengan Gunung Manglayang. Kemungkinan, angin puting beliung dapat berulang tahun ini di lokasi yang sama.
Menurut Supriyatno, BPBD di kabupaten dan kota di Jabar pun selalu siaga menghadapi potensi bencana hidrometeorologi atau yang berkaitan dengan musim hujan dan air yang selalu mendominasi bencana di Jabar.
Supriyatno mengatakan, dari 182 kejadian bencana di Jabar, 86 di antaranya adalah bencana angin puting beliung. Kemudian, disusul longsor 36 kejadian, serta kebakaran hutan 30 kejadian.
Selama November lalu, kata dia, 2.301 orang menjadi korban bencana, tiga meninggal dunia, dan 776 rumah mengalami kerusakan. Itu sebabnya pihaknya mengimbau warga untuk waspada pada Desember ini saat Jabar memasuki puncak musim hujan.