Rabu 04 Dec 2019 20:34 WIB

Insiden Monas, Granat Asap Kok Bisa Meledak?

Polri membantah granat yang meledak di Monas milik anggota polisi.

Anggota Labfor Mabes Polri mengumpulkan barang bukti di TKP ledakan di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (3/12/2019).
Foto: Antara/Nova Wahyudi
Anggota Labfor Mabes Polri mengumpulkan barang bukti di TKP ledakan di kawasan Monas, Jakarta, Selasa (3/12/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Flori Sidebang, Mabruroh, Antara

Ledakan terjadi di sisi utara tugu Monas, Jakarta Pusat, pada Selasa (3/12) sekitar pukul 07.16 WIB. Bagai kalangan intelijen, ledakan di Monas memunculkan tanda tanya. Siapa yang meninggalkan granat di Monas dan mengapa granat asap bisa sampai meledak?

Baca Juga

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Polisi Gatot Eddy Pramono memastikan, ledakan berasal dari granat asap yang biasa digunakan anggota Polri. Namun, asal granat tersebut masih diselidiki.

"Granat asap itu kan bisa dimiliki oleh anggota-anggota kita, seperti pasukan dalmas (pengendalian massa) dan lain sebagainya. Mungkin bisa tertinggal atau sebagainya. Kami belum tahu ini asalnya dari mana, kami akan dalami," kata Gatot dalam paparan kasus tersebut di Monas, Selasa (3/12).

Pada Rabu (4/12), Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus menegaskan, granat asap itu bukan milik anggota polisi. "Enggak ada, enggak ada punya polisi. Siapa bilang punya polisi," kata Yusri saat ditemui di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (4/12).

Yusri juga memastikan, saat pihaknya melakukan pengamanan dalam kegiatan Reuni 212 sehari sebelumnya, Senin (2/12) di Monas, tidak ada personel kepolisian yang membawa granat asap.  "Tidak ada sama sekali (personel polisi yang bawa granat asap saat pengamanan Reuni 212)," jelas dia.

Saat ini, sambung dia, polisi masih memeriksa saksi-saksi dan korban yang sedang menjalani perawatan medis intensif di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. "Penyidik lagi mencoba untuk bisa mengambil keterangan (korban). Kita menunggu saja bagaimana perkembangan dari penyidik," imbuh Yusri.

Pascaledakan, polisi kini membentuk satuan tugas (satgas). Satgas dipimpin oleh Polda Metro Jaya untuk menelusuri dan mengungkap asal muasal granat tersebut.

“Iya dibentuk tim, Polda Metro Jaya sudah membuat satgas,” kata Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal Polisi Argo Yuwono dalam pesan tertulis, Rabu (4/12).

Dengan dibentuknya satgas tersebut menurut Argo, untuk mendalami kasus granat asap. Karena sampai hari ini polisi sendiri masih belum mengetahui siapa pemilik granat tersebut. 

“(Pemilik granat) Masih didalami oleh penyidik, tunggu saja,” ucapnya.

Sedangkan dua orang korban ledakan menurut Argo keadaannya semakin membaik. Dua korban itu adalah anggota TNI.

“Korban semakin membaik,” kata Argo.

Dua anggota TNI yang menjadi korban ledakan granat adalah Sersan Kepala (Serka) Fajar dan Prajurit Kepala (Praka) Gunawan. Korban atas nama Serka Fajar terluka parah di tangan kiri.

Sementara itu, korban kedua, yakni Praka Gunawan mengalami luka ringan di bagian paha. Saat ini, kedua korban tersebut masih menjalani perawatan medis di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Harus diungkap

Komisi I DPR RI meminta aparat kepolisian mengungkap penyebab meledaknya granat di kawasan Monas. Wakil Ketua Komisi I DPR RI Abdul Kharis Almasyhari ingin penjelasan mengapa sampai ada korban yang terluka karena sepengetahuannya dari mitra komisi I, granat asap tidak bisa meledak.

"Karena mitra saya di Komisi I itu tentara, kata tentara itu namanya granat asap mana ada yang meledak," ujar Abdul saat ditemui di Senayan Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan, menurut informasi yang diperoleh, granat asap jika dipakai maka akan ditemukan kontainernya. Karena itu, kepolisian harus membuktikan ada kontainer yang tersisa dari granat asap yang meledak tersebut.

Abdul yang ditemui usai rapat dengar pendapat dengan Komisi Informasi Pusat, tidak mau berandai-andai lebih jauh lagi. Oleh karena itu, kepolisian yang menangani kasus itu harus diberi kesempatan untuk segera mengungkap informasi sebenarnya kepada masyarakat.

"Harus (ada penyelidikan) dong, ada korban kok. Tangannya sampai putus. Harus diselidiki, jangan dibiarkan," ujar dia.

Anggota Ombudsman, Adrianus Meliala menyebutkan tempat-tempat publik dewasa ini begitu membutuhkan perhatian ekstra berkaca dari kejadian ledakan di Monas.

"Selalu ada hikmah di balik musibah, apa itu terjadi di Monas yang bukan hanya tempat ngumpul umum biasa tapi amat elite masuk ring 1, dari itu bisa muncul pemikiran kalau di ring 1 saja bisa begini apalagi kalau di tempat-tempat umum yang lain," kata Adrianus Meliala di Jakarta, Rabu.

Adrianus menilai belakangan ini, kejadian membahayakan keamanan di tempat umum ternyata tidak hanya akan menimbulkan korban. Tetapi, memberikan dampak lebih berbahaya yakni bisa mengakibatkan kekacauan kegaduhan.

"Pola masyarakat sekarang mendorong itu, orang semuanya punya media komunikasi, bisa merekam dan memiralkan secara cepat sesuatu yang sebetulnya belum tahu apa yang terjadi, apalagi terjadinya di tempat publik," ucapnya.

Oleh karena itu, perhatian lebih diperlukan untuk fasilitas publik ke depannya. Yakni, berupa perbaikan manajemen pengelolaan, pengawasan dan jaminan keamanan.

"Penjagaannya atau pengamanan yang dilakukan dengan cara CCTV atau orang, bisa sistemnya, monggo terserah pemerintah untuk membuat aman," kata dia.

photo
Benda Mirip Granat Nanas: Tim Gegana Satbrimob Polda Jatim mengevakuasi benda menyerupai granat nanas di dalam sungai dekat Rumah Pompa Dharma Husada, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (1/3/2019).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement