Kamis 05 Dec 2019 08:55 WIB

Pengguna Angkutan Umum Meningkat Dua Kali Lipat

Halte Dukuh Atas dipindah karena ada proyek pembangunan LRT.

Rep: Amri Amrullah/Abdurrahman Rabbani/ Red: Bilal Ramadhan
Bus Transjakarta saat akan mengangkut penumpang di Halte Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (3/1).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bus Transjakarta saat akan mengangkut penumpang di Halte Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Kamis (3/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) terus mendorong penggunaan kendaraan umum. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kemacetan di Jakarta.

Kepala BPTJ Bambang Prihartono mengatakan, kendaraan angkutan transportasi massal akan terus ditambah. Di samping, juga memberlakukan aturan pembatasan kendaraan pribadi yang lebih ketat.

Ia juga mengatakan, telah terjadi peningkatan tren penggunaan kendaraan umum setiap harinya yang meningkat sekitar dua kali lipat. Terhitung dari 47,5 juta orang pada 2015, menjadi 88 juta orang pada 2018.

BPTJ akan mengejar ketertinggalan yang sudah mencapai 88 juta orang per hari. Hingga 2019, pihak BPTJ telah menyediakan sampai 67 persen angkutan umum di Jabodetabek.

"Kalau kami ingin 60 persen saja, artinya ada 52 juta yang harus naik angkutan umum,” kata Bambang, Rabu (4/12).

Salah satu meningkatnya warga Jakarta pindah menggunakan transportasi umum, lanjut dia, karena adanya penerapan sistem ganjil dan genap. Tapi, sistem ganjil genap, ia menilai, sebetulnya bukan solusi terbaik. Pemerintah harus mengubah gaya hidup masyarakat dari kendaraan pribadi menggunakan transportasi massal.

“Kalau ada 52 juta orang yang harus naik angkutan umum, sekarang cukup tidak angkutan umum kita? Tentu jawabannya tidak cukup karena KRL saja setiap hari penuh,” kata dia.

Oleh sebab itu, pihaknya akan mendorong pemerintah daerah untuk menyediakan kendaraan umum lebih banyak lagi. Serta, mendorong penggunaan angkutan massal dengan menyediakan pengumpan ke stasiun atau terminal.

Bambang menambahkan, BPTJ sudah punya bus rapid transit yang cukup baik, seperti Transjakarta meski jalurnya belum bisa steril sepenuhnya. “Kami terus koordinasi dengan Pemda DKI untuk sterilisasi agar kapasitas bisa meningkat,” kata dia menambahkan.

Dalam meningkatkan integrasi transportasi umum dari Jakarta ke daerah sekitarnya, BPTJ juga merencanakan perpanjangan jalur Moda Raya Terpadu (MRT) sampai ke Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan, dari yang sebelumnya hanya sampai Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Direktur Prasarana BPTJ Edi Nursalam mengatakan, perpanjangan rute MRT ini untuk mengakomodasi tingginya pergerakan orang di wilayah Jabodetabek untuk menggunakan angkutan umum. Salah satunya adalah di kawasan wisata Puncak, Bogor.

"Karena itu, kami sudah merencanakan perpanjangan MRT dari Lebak Bulus, sedikit lagi sudah sampai Tangerang Selatan. PT MRT sendiri sudah melakukan studi untuk perpanjangan dari Lebak Bulus sampai Rawa Buntu, melewati Pondok Cabe," kata Edi.

Direktur Utama PT MRT Jakarta William P Sabandar mengatakan, pihaknya saat ini masih fokus untuk mengerjakan jalur-jalur di wilayah Jakarta. Khususnya, sesuai rencana pada fase 2 ke arah utara dan fase 3 jalur timur-barat, dari Kalideres ke Ujung Menteng. Karena itu, lanjut dia, PT MRT Jakarta belum ada rencana perluasan ke jalur di luar Jakarta.

"Sampai saat ini, belum ada arahan atau penugasan dari pemerintah untuk MRT Jakarta mengerjakan jalur (Lebak Bulus-Tangsel) tersebut," kata William.

Terkait usulan BPTJ tersebut, William menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Sebab, setelah MRT fase I beroperasi, rencana fase 2 selanjutnya bukanlah ke Tangsel. Namun, masih fokus perpanjangan jalur di area Jakarta.

Sesuai rencana, ungkap dia, MRT Jakarta fase II yang menghubungkan Bundaran Hotel Indonesia (HI) hingga Ancol Barat akan mulai dibangun pada 2020 mendatang. William menjelaskan, pembangunan MRT Fase II lebih rumit dan memiliki kendala lebih.

Halte Dukuh Atas Pindah

Sementara itu, halte transjakarta Dukuh Atas 2 berpindah lokasi layanan ke halte sementara yang berjarak 200 meter dari halte semula mulai Rabu (4/12). Perpindahan lokasi tersebut sehubungan dengan pembangunan integrasi Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodetabek yang dilakukan di sekitar kawasan Dukuh Atas.

"Selain perpindahan layanan pelanggan ke halte sementara, Transjakarta juga mengalami perubahan rute, khususnya rute-rute yang melintas di lokasi," ujar Kepala Divisi Sekretaris Korporasi dan Humas PT Transjakarta Nadia Diposanjoyo.

Nadia menjelaskan, ada dua rute yang mengalami perubahan, yaitu Koridor 4 (Pulogadung-Dukuh Atas 2) dan Koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas 2). Untuk Pulogadung-Tosari, mulai dari halte Pulogadung hingga Dukuh Atas selepas UP Pejompongan bus belok kiri menuju Jalan Sudirman, kemudian memasuki Halte Tosari.

Untuk arah sebaliknya, setelah melakukan layanan di Halte Tosari, bus langsung keluar jalur kemudian memasuki Jalan Blora via Jalan Latuharhari-Halimun. Selanjutnya, bus akan belok kanan sampai lampu merah Halimun lalu belok kiri hingga masuk jalur koridor 4 (Pulogadung-Dukuh Atas).

Nadia menambahkan, Halte Transjakarta Dukuh Atas yang biasanya melakukan penaikan dan penurunan pelanggan saat ini tidak dapat dilakukan seperti biasanya. “Negatif pelayanan ini untuk rute 6A (Ragunan-Monas via Kuningan),” kata Nadia.

Pembangunan proyek LRT juga berimbas pada pelayanan koridor 6 (Ragunan-Dukuh Atas). Dalam hal ini, pihak kami melakukan perpendekan rute untuk sementara. Untuk rute Koridor 6 rute Ragunan-Dukuh Atas mengalami perpendekan rute hanya menjadi Ragunan-Halimun.

Terkait adanya perubahan tersebut, Nadia menghimbau bagi para pelanggan yang ingin menuju arah Pulogadung, bisa melakukan transit untuk sampai ke lokasi tujuan. Pelanggan bisa menuju Halte Tosari lebih dulu untuk bisa melanjutkan perjalanan menuju Pulogadung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement