REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Amanat Nasional (PAN) membahas pelaksanaan kongres 2020 pada rapat kerja nasional (rakernas), Sabtu (7/12) mendatang. Meskipun pelaksanaan kongres masih 2020 tahun depan, sejumlah nama mulai muncul untuk menjadi bakal calon ketua umum (caketum).
Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengungkapkan nama-nama yang bakal meramaikan bursa calin ketua umum. Setidaknya ada enam nama yang kemungkinan akan menjajal panasnya perebutan kursi nomor satu partai berlambang matahari terbit ini.
Nama-nama itu, antara lain, pejawat Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, mantan menteri pemberdayaan aparatur negara dan reformasi birokrasi Asman Abnur, Wakil Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Drajat Wibowo, dan Wali Kota Bogor Bima Arya. Dari trah pendiri PAN Amien Rais, juga muncul nama Wakil Ketua Umum PAN Hanafi Rais.
Eddy mengatakan, seluruh nama memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam perebutan orang nomor satu di PAN. "Semua punya hak dan kewajiban yang sama dan semua memiliki tujuan yang sama, yaitu menggembalikan PAN sebagai jati dirinya, membesarkan partai," ujar Eddy saat dikonfirmasi, Rabu (4/12).
Eddy menegaskan, setiap kader yang memenuhi syarat memiliki hak yang sama untuk bisa dipilih dalam kontestasi ketua umum. Ia mengakui, saat ini memang sudah mulai terlihat dinamika politik pemilihan ketum di internal partai. Meskipun, menurut dia, kondisi PAN saat ini sedang dalam keadaan baik dan solid. \"Dinamika memang selalu ada, semua partai mengalami hal yang sama dan wajar, hal natural,\" kata dia.
Wakil Ketua Umum PAN Totok Daryanto mengklaim terkait dinamika pemilihan ketum, pejawat Ketum PAN Zulkifli Hasan sudah mengantongi dukungan 80 persen pemilik suara. Ia memastikan, Zulkifli Hasan kembali mencalonkan diri untuk periode keduanya ini. “Sudah didukung 80 persen voters, yaitu ketua dan sekretaris DPW dan para ketua DPD,” tuturnya.
Terkait klaim dukungan itu, muncul tudingan Zulkifli menekan pengurus DPW dan DPD untuk kembali memilihnya menjadi ketua umum. Tudingan ini muncul dari salah satu pendiri PAN Putra Jaya Husin yang menjadi pendukung bakal caketum Mulfachri Harahap. Namun, tudingan ini segera dibantah Ketua DPP PAN Yandri Susanto. Menurut Yandri, yang terjadi justru mayoritas DPW dan DPD yang ingin mengusung Zulkifli kembali menduduki kursi ketum.
"Tidak ada yang menekan, Bang Zul itu didaulat oleh DPW dan DPD untuk maju kembali kok. Ini bukan masalah pribadi Bang Zul. Kalau mau jujur ya, Bang Zul itu sudah berbuat banyak di partai," ujar Yandri di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/12).
Terkait tidak adanya sosok yang menjadi ketua umum PAN selama dua periode, Yandri menyebut itu hanyalah mitos. Sebab, hal tersebut tidak diatur dalam AD/ART partai. "Saya kira orang kalau berpartai itu boleh berdebat keras, tapi ketika kita kembalikan pada aturan main, selama aturan main tidak melarang, orang boleh saja," ujar Yandri.
Namun, pada kongres periode lalu, pendiri PAN Amien Rais menegaskan, ada tradisi dalam PAN tidak ada ketua umum yang menjabat dua periode. Kala itu, Amien mendukung Zulkifli Hasan untuk mengalahkan caketum lain, Hatta Rajasa, saat Kongres PAN 2015 di Bali.
Pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin menilai, siapa yang bakal menjadi ketum PAN sangat tergantung restu Amien Rais. Menurut dia, siapa pun yang lebih dekat dengan Amien Rais, diprediksi memimpin PAN. "Sekarang kan PAN saham terbesarnya ada di Amien Rais, jadi sekarang bagaimana arah Amien Rais itu ke mana?" kata Ujang, Rabu.
Menariknya, kata Ujang, dari nama-nama yang mulai muncul, baik Zulkifli maupun Drajad, sama-sama memiliki kedekatan dengan Amien. Siapa pun dari dua nama tersebut tidak akan memunculkan masalah jika menjadi ketua umum. Namun, Ujang menilai, Amien diprediksi menitipkan putranya, Hanafi Rais, menjadi sekretaris jenderal PAN pada periode berikutnya. N ali mansur/nawir arsyad akbar, ed: agus raharjo