REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Indonesia dinilai terlalu lama menjadi negara berpenghasilan menengah atau middle income trap. Maka pemerintah berupaya melepaskan negeri ini dari jebakan tersebut.
"Concern saya, jika lihat data, pendapatan per kapita indonesa berada di antara 3.500-4.000 dolar AS selama beberapa tahun. Saya pikir ini lebih lama dari yang diperlukan. The rule of seven tidak berlaku di Indonesia dalam lima tahun sampai 10 tahun terakhir," ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara dalam The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis, (5/12).
Ia menyatakan, Indonesia akan terbebas dari middle income trap pada 2036. Hal itu didorong oleh jumlah generasi mudah di Tanah Air yang banyak.
"Saat kita bicara middle income trap biasanya orang akan berpikir tentang pendapatan per kapita. Mungkin untuk bisa mencapai ke sana (lepas dari middle income) itu sekitar 9.000 sampai 10.000 dolar AS," tutur Suahasil.
Pada 2045 mendatang, lanjutnya, Indonesia juga ditargetkan menjadi negara maju. Digambarkan, pada 2045 negeri ini akan memiliki populasi sekitar 319 juta orang, 47 persen penduduk berusia produktif, 73 persen penduduknya tinggal di kota, dan 70 persen berpendapatan kelas menengah.
"Demi capai itu, pemerintah akan melanjutkan pembangunan infrastruktur dan penguatan SDM. Pembangunan SDM akan difokuskan pada kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan skill dalam berwirausaha," ujar dia.
Lebih lanjut, Suahasil memperkirakan, pertumbuhan ekonomi nasional tahun depan sekitar 5,2 persen. Angka itu lebih kecil dibandingkan target pertumbuhan ekonomi pemerintah yang sebesar 5,3 persen pada 2020.
"Sejak 2015, Indonesia berada di tingkat empat persen sampai lima persen. Angka tersebut tentunya sangat dipengaruhi lingkungan global, tapi menurut saya, lima persen tidak kecil tapi tinggi," tutur dia.
Baginya di tengah ketidakpastian ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang bertahan di lima persen merupakan pencapaian bagus. "Brexit tetap menjadi tantangan, perang dagang Amerika Serikat dan China juga masih menjadi tantangan," jelas Suahasil.