REPUBLIKA.CO.ID, TEBO -- PT Lestari Asri Jaya (LAJ) perusahaan pengelola Hutan Tanaman Industri (HTI) Karet menggelar kegiatan tanam perdana pertanian terpadu yang merupakan bagian dari program pembinaan dan pelatihan kepada petani penggarap skala kecil. Tanam terpadu dilakukan di area HTI LAJ dan PT Wanamukti Wisesa dengan petani penggarap yang tergabung dalam Kelompok Tani Hutan Wana Mitra Lestari.
Corporate Affairs Director PT LAJ Meizani Irmadhiany mengatakan kegiatan ini telah menjangkau lebih dari 700 petani. Pertanian terpadu merupakan wujud komitmen perusahaan untuk membina petani penggarap skala kecil yang tinggal dan menggantungkan hidupnya di lahan di dalam area kerja PT LAJ dan PT Wanamukti Wisesa.
“Ini adalah wujud komitmen perusahaan untuk melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan petani kecil melalui implementasi program pertanian terpadu di Kabupaten Tebo, Jambi,” ujar Meizani Irmadhiany.
Hadir dalam kegiatan yang digelar di Desa Napal Putih, Tebo, Jambi ini Direktur Operasional PT LAJ, Kepala KPHP Tebo Barat, Kepala Dinas Pertanian Tebo, dan Ketua serta anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Wana Mitra Lestari. Sugiyo, Ketua KTH Wana Mitra Lestari, mengatakan selama ini anggota kelompoknya menggantungkan kehidupan sehari–hari dengan bertanam dan menjual getah karet.
Sebagian pendapatan mereka harus digunakan untuk membeli sayur mayur dan kebutuhan pangan. Ketika harga jual karet relatif rendah, mereka kesulitan memenuhi kebutuhan sehari–hari. “Pelatihan budi daya sayuran ini sangat bermanfaat karena kami dapat memproduksi sendiri kebutuhan pangan dan juga menambah pendapatan keluarga,” kata Sugiyo.
Awalnya, kata Sugiyo, petani sering merasa was was terhadap status tanah kelolaan di kawasan hutan produksi yang perizinan pengelolaannya diberikan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup kepada PT LAJ. Namun kemudian petani bersyukur karena ternyata diperbolehkan tetap mengelola lahan dan bergabung dalam program pembinaan sesuai aturan pemerintah.
"Alhamdullilah pada bulan September lalu kami sudah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PT LAJ disaksikan langsung oleh Pemerintah Kabupaten Tebo dan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi," ucap Sugiyo. “Salah satu isi kesepakatannya adalah kami akan mengembangkan program pertanian terpadu untuk ketercukupan pangan petani melalui tanaman sayur mayur dan perikanan.”
Lebih lanjut Sugiyo menuturkan sejak Oktober para petani mendapat dukungan dari PT LAJ berupa bibit, pupuk dan sarana produksi lainnya. Petani juga dibantu alat berat untuk persiapan lahan pertanian terpadu seluas kurang lebih satu hektare. KTH Wana Mitra Lestari juga diajak mengikuti berbagai pelatihan pertanian terpadu dan workshop ke daerah yang telah menerapkan model pertanian ini di Tanjung Jabung Barat dan Yogyakarta.
Salah satu hal yang menarik, Sugiyo melanjutkan, model pertanian terpadu yang dikembangkan tidak saja memadukan lebih dari dua jenis tanaman dan perikanan. Namun mengutamakan cara bercocok tanam yang memperhatikan lingkungan dengan mengutamakan penggunaan pupuk organik. Petani juga dilatih memanfaatkan sumber daya dan limbah yang ada di sekitar untuk dijadikan pupuk seperti kotoran hewan, sisa sampah rumah tangga, dedaunan dan lain–lain.
Hingga Oktober 2019, ada 10 desa di sekitar area kerja PT LAJ dan PT Wanamukti Wisesa yang melaksanakan program pertanian terpadu melalui Kelompok Tani Hutan (KTH). Desa itu seperti Desa Kuamang, Desa Balai Rajo, Desa Sungai Karang, Desa Semambu, Desa Suo–suo, Desa Aur Cino, dan Desa Muaro Sekalo.
Ada pun komoditas yang dibudidayakan oleh para petani adalah padi, sayur-mayur, ikan lele, ikan nila, dan buah-buahan. Program pertanian terpadu ini merupakan hasil inisiasi PT LAJ bekerja sama dengan Yayasan Bakti Barito.
“Kami berharap melalui kegiatan ini para petani penggarap skala kecil bisa meningkatkan ketercukupan pangan dan pendapatan mereka," ucap Meizani.