REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH— Wali Nanggroe Malik Mahmud menegaskan perdamaian Aceh yang sudah berlangsung 14 tahun jangan pernah diusik dan masyarakat sudah sepakat merawat dan menjaga perdamaian tersebut.
"Selama ini perdamaian masih pada jalurnya. Tidak boleh ada satu kekuatan pun, baik terkoordinasi maupun tidak, mengganggu perdamaian Aceh yang sudah berlangsung 14 tahun," kata Malik Mahmud di Aceh Besar, Kamis (5/12).
Penegasan tersebut disampaikan Wali Nanggroe pada peringatan Maulid Rasulullah Muhammad SAW di Kompleks Meuligo Wali Nanggroe Aceh di kawasan Lampeuneurut, Aceh Besar.
Wali Nanggroe menyebutkan Rasullah Muhammad SAW tidak pernah mengajarkan membenci sesama Muslim hanya karena perbedaan suku dan bahasa. Rasulullah mengajarkan sesama Muslim bersaudara.
Selain itu, Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan umat untuk mendamaikan sesama Muslim. Serta mengajarkan sesama Muslim saling bersaudara.
"Semangat Rasulullah memberi inspirasi kepada perjanjian damai antara Gerakan Aceh Merdeka dengan Pemerintah Republik Indonesia yang ditandatangani 15 Agustus 2005," kata Wali Nanggroe.
Perdamaian tersebut mengakhiri konflik bersenjata 30 tahun lamanya di Aceh. Perdamaian tersebut juga melahirkan UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh atau UUPA yang menjadi semangat baru dalam menata Aceh lebih maju lagi.
"Baik buruknya masyarakat Aceh, bersatu atau rusaknya persaudaraan Aceh, sangat ditentukan pelaksanaan UUPA. Karena itu, untuk mewujudkan masa depan Aceh yang baik, harus disiapkan sejak sekarang," kata Malik Mahmud.