REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Para pemimpin serikat dan perwakilan pemerintah Kolombia bertemu pada Kamis (5/12). Pertemuan tersebut merupakan kali kedua yang dilakukan dalam upaya menemukan solusi untuk mengakhiri protes terhadap kebijakan ekonomi dan sosial Presiden Ivan Duque.
Pertemuan itu terjadi hanya sehari setelah pemogokan nasional yang diorganisir oleh serikat pekerja, pelajar, dan kelompok advokasi. Aksi tersebut berhasil menarik ribuan pemrotes ke jalanan.
"Kami tetap sangat berselisih dengan pemerintah dalam melakukan diskusi," kepala Serikat Buruh Pusat (CUT) Diogenes Orjuela setelah pertemuan.
Orjuela menyatakan pemerintahan telah mengambil langkah mundur dengan menyebut diskusi itu sebagai eksplorasi. Sedangkan serikat buruh menjadikan diksusi menjadi ruang untuk bernegosiasi antara pemerintah dan demonstran.
"Kami terus berpendapat ini adalah tabel untuk negosiasi antara pemerintah dan komite mogok nasional untuk membahas 13 tuntutan yang telah diajukan," kata Orjuela.
Tuntutan pemimpin protes meminta pemerintah mengambil banyak tindakan untuk menghentikan pembunuhan aktivis hak asasi manusia. Mereka pun menuntut lebih baik mengimplementasikan kesepakatan damai dengan pemberontak kiri dan membubarkan polisi anti huru hara ESMAD karena melakukan kekerasan berlebihan selama protes.
Pemerintah meminta para pemimpin protes untuk membuat tuntutan mereka lebih spesifik pada Kamis. "Pemerintah perlu mengetahui kedalaman penuh dari tuntutan ini sehingga dapat membahas perjanjian apa yang dapat dan tidak dapat dicapai," kata pejabat kepresidenan Diego Molano.
"Apa yang tidak bisa kita lakukan adalah membangun negosiasi berdasarkan 13 topik berbeda tanpa mengetahui dengan jelas setiap permintaan," ujar Molano.
Kebuntuan pun terjadi pada pertemuan kedua ini. Pemerintah dan para pemimpin protes telah menyetujui pertemuan lebih lanjut harus dilakukan dan direncanakan pada pekan depan.