Jumat 06 Dec 2019 23:33 WIB

In Picture: Wakil Presiden Buka Mukernas Rabithah Alawiyah

.

Rep: Thoudy Badai, Fuji E Permana/ Red: Yogi Ardhi

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin (kanan) memukul gong sekaligus membuka acara Mukernas Rabithah Alawiyah disaksikan Ketua Rabithah Alawiyah Habib Zen Bin Umar (kedua kanan), Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad (ketiga kiri), Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid (ketiga kiri), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (kedua kiri) di Hotel Crowne, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta (6/12). (FOTO : Thoudy Badai_Republika)

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin memberikan sambutan sekaligus membuka acara Mukernas Rabithah Alawiyah di Hotel Crowne, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta (6/12). (FOTO : Thoudy Badai_Republika)

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin (kanan) bepelukan bersama Ketua Rabithah Alawiyah Habib Zen Bin Umar (kedua kanan) disaksikan Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad (kedua kiri), Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid (kiri) saat pembukaan Mukernas Rabithah Alawiyah di Hotel Crowne, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta (6/12). (FOTO : Thoudy Badai_Republika)

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin memberikan sambutan sekaligus membuka acara Mukernas Rabithah Alawiyah di Hotel Crowne, Jalan Gatot Soebroto, Jakarta (6/12). (FOTO : Thoudy Badai_Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wakil Presiden, Prof KH Ma'ruf Amin, membuka Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Rabithah Alawiyah di Hotel Crowne, Jakarta pada Jumat (6/12). Dalam pidatonya Wapres menyampaikan tanggung jawab semua elemen bangsa terhadap umat dan bangsa.  

"Paling tidak kita punya dua tanggung jawab besar yang harus kita lakukan, yakni tanggung jawab keumatan dan tanggung jawab kebangsaan serta kenegaraan," kata KH Ma'ruf saat menyampaikan pidato di pembukaan Mukernas Rabithah Alawiyah, Jumat (6/12) malam.     

Ia menyampaikan, di antara tanggung jawab keumatan itu, tetap menjaga umat dari akidah-akidah yang menyimpang. Akidah yang menyimpang itu contohnya orang yang mengaku Nabi dijadikan panutan. Dulu ada orang yang mengaku bisa menggandakan uang, banyak orang percaya dan menjadi pengikutnya. 

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement