Sabtu 07 Dec 2019 12:12 WIB

Ini Cara RI Lepas dari Jebakan Pendapatan Kelas Menengah

Indonesia sudah membangun infrastruktur secara masif.

Rep: Silawati (swa.co.id)/ Red: Silawati (swa.co.id)
Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara pada, acara The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Inaya Putri Bali, Nusa Dua Bali, Kamis (5/12).
Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia, Suahasil Nazara pada, acara The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) di Inaya Putri Bali, Nusa Dua Bali, Kamis (5/12).

Thriving Indonesia: Reinforcing Strategies to Boost Productivity and Increase Competitiveness”, menjadi tema kunci yang disampaikan Wakil Menteri Keuangan Republik Indonesia (Wamenkeu), Suahasil Nazara sebagai pidato kunci pada The 9th Annual International Forum on Economic Development and Public Policy (AIFED) yang digelar di Nusa Dua Bali, Kamis (5/12).

Menurut Wamenkeu, di tengah ketidakpastian global saat ini, Indonesia patut berbangga karena dapat tumbuh stabil di kisaran 5%. Namun, dalam jangka menengah, Indonesia butuh untuk tumbuh lebih tinggi yaitu di kisaran 6%-7% agar dapat terhindar dari jebakan pendapatan kelas menengah dan meningkatkan produktivitas dan daya saing sangat krusial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

"Lima tahun terakhir, Indonesia sudah membangun infrastruktur secara masif. Sumber produktivitas yang kedua adalah tenaga kerja dan Presiden menginginkan perbaikan yang sangat signifikan di dalam kualitas asumber daya manusia.”

Di tengah era bonus demografi yang dialami Indonesia saat ini, Indonesia menurut Wamenkeu, perlu memanfaatkan sumber daya manusia yang produktif dan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas sehingga mendukung pertumbuhan ekonomi. Untuk meraih keuntungan tersebut, peningkatan kualitas infrastruktur dan sumber daya manusia (human capital) mutlak diperlukan. Ditambahkan, untuk mendorong daya saing, Pemerintah juga melakukan penyederhanaan aturan dan menciptakan birokrasi yang lebih efisien, serta melakukan transformasi ekonomi. 

Menurut Prof. Naoyuki Yoshino dari Asian Development Bank Institute (ADBI), negara yang terjebak dalam pendapatan kelas menengah juga disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengadaptasi teknologi. Untuk itu pentingnya peningkatan foreign direct investment (FDI), sehingga negara dapat mengembangkan teknologinya sendiri. Dari sisi kebijakan fiskal, Indonesia juga dapat memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan kepatuhan dan mencegah penggelapan pajak.

AIFED merupakan kegiatan tahunan yang dilaksanakan atas kerja sama Kementerian Keuangan dengan dukungan dari Asian Development Bank (ADB), Pemerintah Australia (melalui Program Kemitraan Indonesia Australia untuk Perekonomian /PROSPERA), ADB Institute (ADBI), United Nation Children’s Fund (UNICEF), dan Bank Dunia. Diselengggarakan untuk mendapatkan pemikiran komprehensif mengenai penguatan produktivitas dan daya saing ekonomi Indonesia dalam konteks menuju Indonesia Emas dan lepas dari jebakan pendapatan kelas menengah. Dalam acara ini juga dilakukan soft launching laporan hasil studi bersama Kemenkeu dengan ADB berjudul; “Innovate Indonesia: Unlocking Growth Through Technological Transformation."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement