REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Para santri di pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten hingga kini tidak ditemukan terpapar paham radikalisme. Kepala Seksi Pondok Pesantren Kementerian Agama Kabupaten Lebak Ajrum Firdaus mengatakan, telah mengoptimalkan pembinaan agar pendidikan ponpes dapat mencetak anak bangsa yang memiliki sumber daya manusia (SDM) unggul dan berkarakter.
Kementerian Agama Kabupaten Lebak mengapresiasi berdasarkan hasil monitoring di lapangan tidak menemukan pesantren terpapar paham radikalisme atau terorisme. Ajrum mengatakan hal itu saat melakukan monitoring ke sejumlah ponpes di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Sabtu (7/12).
Pesantren di daerah ini lebih mengedepankan pendidikan agama Islam dan tidak mengajarkan paham-paham kekerasan. Sebagian besar pondok pesantren di Kabupaten Lebak itu dibangun masyarakat juga dikelola secara tradisional atau salafi.
Umumnya, kata dia, pesantren salafi itu menyampaikan pengajaran kepada santrinya tentang kebaikan (kemaslahatan), ibadah (ubudiyah) kepada Allah SWT dan mencintai Tanah Air (kenegaraan).
Karena itu, pola pendidikan pesantren menyampaikan ilmu-ilmu keagamaan Islam yang benar dengan mengaji Alquran, sistem bandungan atau guru menerangkan dan santri mendengarkan. Begitu juga seperti mengaji Alquran, kitab gundul, sorof dan ilmu tajwid. Disamping itu juga santri menerima pembelajaran tafsir Alquran, hadits, fiqih, bahasa Arab, akhlak, akidah, dan sejarah Islam.
Sedangkan pesantren modern diintegrasikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Di antaranya bahasa Inggris, matematika, PKN, bahasa Indonesia, biologi, fisika, dan lainnya. "Semua pembelajaran di pesantren salafi itu disampaikan seorang kiyai juga ustaz yang sudah dipercaya keilmuanya oleh kiyai," katanya menjelaskan.
Menurut dia, Kantor Kemenag Kabupaten Lebak menjamin pesantren di daerah itu tidak terpapar paham-paham radikalisme maupun terorisme. Bahkan, perkembangan pesantren di sini tumbuh dan berkembang, sehingga membantu program pemerintah untuk mencerdaskana anak-anak bangsa.
Saat ini, jumlah ponpes tercatat 1.750 unit tersebar di 28 kecamatan. Angkanya naik cukup siginifikan dari sebelumnhya 1.700 unit.
Peningkatan jumlah pesantren itu, kata dia, Kabupaten Lebak dikonotasikan sebagai daerah santri. "Kami melihat karakter warga Lebak cukup relegius dan tidak pernah terjadi konflik sosial maupun kekerasan di tengah keberagamaan itu," katanya.
Firdaus mengatakan, santri yang belajar di pesantren itu tentu tidak memiliki paham radikalisme, kekerasan, dan terorisme. Ajaran Islam melarang perbuatan yang bisa merugikan orang lain, bahkan perbuatan itu diharamkan. Apalagi, Islam merupakan agama rahmatan lil alamin dengan mencintai kedamaian, kerukunan.
"Kami berharap ke depan pesantren itu dapat melahirkan anak-anak bangsa yang berkualitas dengan memiliki SDM unggul dan berkarakter. Sehingga mampu menyumbangkan kesejhteraan bagi masyarakat dan negara," katanya.
Ketua Forum Silaturahmi Pondok Pesantren (FSPP) Kabupaten Lebak Ade Bujhaeremi mengatakan, pihaknya juga mengoptimalkan pembinaan kepada pesantren agar dapat berperan menangkal paham radikalisme. Ponpes salafi di Tanah Air bagian terdepan untuk melawan kaum radikalisme, karena agama Islam penuh kedamaian dan kecintaan pada sesama manusia hingga alam dan lingkungan.
"Semua pesantren di sini memperdalam ilmu-ilmu agama Islam dengan benar juga mencintai semangat patriotisme kebangsaan," ujarnya.