Sabtu 07 Dec 2019 21:33 WIB

Miliki Potensi, Mentan Dorong Sulbar Bisa Ekspor Langsung

Dengan ekspor langsung pemda dan masyarakat bisa menerima untuk lebih besar.

Mentan Syahrul Yasin Limpo saat melepas ekspor produk turunan sawit (RBD Palm Olein) dan pisang kepok masing-masing untuk tujuan Cina dan Malaysia di halaman SMK Kakao Sulawesi Barat di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12).
Foto: Kementan
Mentan Syahrul Yasin Limpo saat melepas ekspor produk turunan sawit (RBD Palm Olein) dan pisang kepok masing-masing untuk tujuan Cina dan Malaysia di halaman SMK Kakao Sulawesi Barat di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MAMUJU -- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengajak semua pihak untuk bekerja sama agar Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) dapat mengekspor langsung berbagai produk termasuk komoditas pertanian secara langsung. Dengan cara ini maka pemerintah daerah dan masyarakat dapat menerima keuntungan yang lebih besar.

"Terima kasih saya sudah diundang untuk hadir pada acara pelepasan ekspor di Sulbar. Saya bangga dengan petani, pelaku usaha agribisnis dan dinas terkait semua yang telah mampu ekspor. Ini membuktikan pesan Bapak Presiden untuk ekspor dan investasi telah sampai. Kita kawal dan tingkatkan terus,” tuturnya saat melepas ekspor produk turunan sawit (RBD Palm Olein) dan pisang kepok masing-masing untuk tujuan Cina dan Malaysia di halaman SMK Kakao Sulawesi Barat di Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sabtu (7/12).

Baca Juga

Berdasarkan data dari sistem automasi perkarantinaan, IQFAST di wilayah kerja Karantina Pertanian Mamuju, komoditas unggulan ekspor dari Sulwesi Barat sendiri berasal dari Kabupaten Pasang Kayu, Mamuju Tengah dan Mamuju yang didominasi turunan olahan sawit berupa RBD Palm Olein, RBD Palm Stearin dan Palm Kernel Oil dengan tujuan ekspornya ke Cina dan Jepang.

Selain itu, Mentan SYL menambahkan juga bahwa dari data lalulintas yang ada, Provinsi Sulbar sendiri memiliki beberapa potensi komoditas unggulan lain yang selama ini hanya dilalulintaskan ke daerah lain yang kemudian untuk diekspor kembali.

Seperti rumput laut, yaitu sebanyak 105,6 ribu ton (potensi ekspor pada 2019) dengan tujuan ekspor ke China, Argentina, Australia, Jerman, Prancis, Belanda dll namun masih melalui Makassar. Komoditas lainnya diantaranya kacang mede sebanyak 26 ribu ton dengan tujuan ekspor ke China, UEA, Belgia, Australia, Jerman, Belanda, Turki, sedangkan kakao biji yang mencapai 12,8 ribu ton diekspor dengan tujuan ke China, Jepang, Jerman, Belanda, Rusia dan Amerika. Sarang burung walet juga memiliki potensi ekspor yaitu sebanyak 212,5 kilogram (kg) dengan tujuan pengiriman ke Hong kong, Malaysia, Singapore dan Taiwan.

Mentan SYL mengajak agar kita juga bersyukur, komoditas pisang kepok dari petani di Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah juga ternyata memiliki potensi yang besar. Meskipun saat ini ekspornya masih melalui pelabuhan lain.

Hal demikian lah menurut Mentan SYL yang perlu didiskusikan bersama, baik terkait penyediaan produknya maupun kemudahan distribusi barangnya. “Kita tidak boleh jalan masing-masing, harus sama-sama seirama agar tujuan mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan moderen bisa terwujud dan memberi kemaslahatan bagi masyarakat,” terangnya.

SYL menyampaikan bahwa ekspor sawit yang pernah mengalami kelesuan selama dua tahun karena diterpa isu negatif juga menjadi pembelajaran bersama. Agar giat peningkatan ekspor produk pertanian tersebut bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun harus dikerjakan bersama.

“Dibandingkan tahun 2018, ekspor produk turunan sawit dari Sulbar telah meningkat tajam yaitu menjadi 17,8 ton dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 24 ribu ton,” uangkap Mentan SYL saat melepas ekspor produk turunan sawit sebanyak 12 ribu ton, atau senilai Rp 97,8 miliar.

Kementerian Pertanian sendiri menargetnya adanya peningkatan ekspor sebanyak tiga kali lipat selama kurun waktu 4 tahun mendatang yang diluncurkan melalui Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor atau disingkat Gratieks.

Gratieks dilakukan secara bertahap, terukur, terencana pada kurun waktu empat tahun mendatang secara bersama-sama. Gerakan tersebut merupakan ajakan kepada seluruh pemegang kepentingan pembangunan pertanian untuk bekerja dengan cara yang tidak biasa. Bekerja dengan memanfaatkan teknologi, inovasi, jejaring dan kerja sama yang kuat.

Beberpa kebijakan yang akan dijalankan untuk mewujudkan Gratieks tersebut diantaranya dengan membuka akses informasi terkait potensi komoditas ekspor di masing-masing daerah dan negara tujuan ekspor yang bisa diakses melalui aplikasi peta potensi ekspor, Indonesia Maps of Agriculture Commodities Export (IMACE).

Selain itu, Kementan juga akan melakukan pendampingan baik dorongan melalui penyediaan benih yang berkualitas, pendampingan pemenuhan SPS (sanitary dan phytosanitary) sesuai persyaratan negara tujuan melalui program In Line Inspection, melakukan MoU dan protokol karantina dengan negara mitra untuk membuka akses pasar ekspor baru, pelatihan teknis, bantuan KUR, menumbuhkan eksportir baru terutama dari kalangan millenial juga tentunya kerjasama dengan stake holder terkait agar akses dan transportasi juga tersedia.

Melihat potensi yang ada dan juga kecenderungan naiknya ekspor asal Sulbar, menurut Ali Jamil, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) yang turut mendampingi juga menyatakan bahwa untuk mengurangi hambatan dan kendala, Kementan juga melakukan kolaborasi dan kerjasama dengan pemangku kepentingan di daerah dan instansi terkait seperti melalui Diskusi Kelompok Terarah (FGD) dan memberikan akses iMace pada instansi terkait agar bisa membantu mengembangkan potensi komoditas ekspor yang berbasis kawasan.

Sedangkan Wakil Gubernur Sulawesi Barat H. Enny Anggraeny Anwar yang juga hadir dalam acara tersebut mengaku sependapat dan akan mendukung gagasan yang disampaikan oleh Mentan SYL. Ia dan jajarannya akan berkolaborasi guna mengembangkan seluruh potensi sumber daya pertanian yang ada di daerahnya khususnya untuk meningkatkan ekspor dan investasi.

Mentan SYL juga berharap, agar para pelaku usaha dapat menjadikan Kementan selain sebagai pembuat kebijakan atau regulartor juga sekaligus sebagai pengungkit dan pelayan keberhasilan petani dan pengusaha dibidang pertanian.

“Kami berharap, ini dapat berdampak bagi kesejahteraan petani, ketersediaan pangan sekaligus berjayanya produk pertanian kita di pasar dunia,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement