REPUBLIKA.CO.ID, Sikap qanaah atau merasa cukup dengan segala yang dimiliki, sangat dianjurkan dalam Islam.
Dalam buku Mengobati penyakit hati, meningkatkan kualitas diri, tulisan Sayyid Mahdi as-Sadr, orang yang merasa puas adalah orang terkaya, karena kekayaan tidak membutuhkan manusia. Orang yang merasa puas adalah orang yang yakin Allah memberikan yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga tidak perlu bergantung kepada manusia.
Dikisahkan seorang tabib terkenal Yunani, Galen (129-199 M) ketika wafat menyimpan selembar kertas dalam sakunya. Kertas tersebut sebuah nasihat yang isinya: “Segala sesuatu yang engkau peroleh secara cukup adalah untuk kebaikan tubuhmu. Segala sesuatu yang engkau berikan sebagai sedekah adalah untuk kebaikan rohanimu. Segala sesuatu yang engkau tinggalkan di belakangmu adalah untuk kebaikan orang-orang lain. Orang yang bermurah hati tetap hidup walaupun jasadnya telah berpindah ke alam lain. Orang yang berbuat jahat adalah bangkai walaupun ia masih berada di dunia ini.”
Perasaan puas apa adanya mampu menutupi perbuatan buruk. Sikap moderat justru mampu memperbanyak rezeki. Orang yang merassa puas lebih merasa bahagia, tenang dan lembut dibandingkan orang yang tamak.
Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi, seorang sastrawan dan penyusun kamus terbaik bahasa arab, Kitab al-‘Ayn, pernah menderita kelaparan diantara orang-orang miskin Basrah, di tengah banyak orang yang mendapatkan keuntungan dari karya yang dihasislkannya. Suatu hari Sulaiman bin Ali al-Abbasi memintanya dayang ke al-Ahwaz untuk mengajar anaknya.
Al-Khalil kemudian menjamu utusan Sulaiman dengan beberapa potong roti kering. Dia juga memberikan jawaban atas undangan Sulaiman. Perkataannya kepada utusan Sulaiman itupun, dia abadikan dalam sebuah syair. "Silakan makan roti ini, saya tidak memiliki makanan lain. Selama saya dapat menemukan potongan-potongan roti, saya tidak butuh Sulaiman," ujar dia.