REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Pemerintah Kabupaten Serang mengaku saat ini masih kekurangan tenaga dokter untuk ditempatkan di 31 puskemas yang ada di wilayahnya. Akibatnya, para dokter harus melaksanakan tugas yang melebihi standar beban kerjanya hingga tidak jarang yang mengaku kewalahan.
Kasi Pelayanan Dasar (Yandas) Dinas Kesehatan Kabupaten Serang Gia Andriani mengatakan idealnya satu puskesmas memiliki empat dokter agar pelayanan maksimal. Namun, rata-rata puskesmas milik pemkab mempunyai dua dokter.
"Idealnya kita punya 124 tenaga dokter untuk 31 puskesmas yang ada, tapi sekarang ini baru ada 57 dokter. Rata-rata yang sudah ada itu cuma dua dokter saja, satu kepala puskesmas, seorang lagi dokter jaga," kata Gia, Senin (9/12).
Kurangnya tenaga medis ternyata masih ditambah dengan masalah kepadatan penduduk di daerah yang berumur hampir lima abad ini. Dengan jumlah penduduk sekira 1,5 juta jiwa, para dokter disebutnya memikul beban kerja yang berat.
"Satu kecamatan itu idealnya ada empat desa, tapi di sini sampai delapan atau 10 desa," ujarnya
Gia mengatakan dengan kepadatan penduduk ini, bahkan kebutuhan untuk menambah puskesmas juga dimungkinkan. Meski begitu, ia meyakini penambahan tenaga medis di puskesmas saat ini adalah solusi yang paling memungkinkan.
"Yang paling padat itu ada di tiga titik, yaitu Ciruas, Keramat, dan Baros. Itu paling padat memang. Kalau ada yang bilang solusi pelayanan masyarakat itu dengan menambah puskesmasnya, mungkin karena jumlah penduduk ini. Tapi menurut saya saat ini yang penting itu menambah SDM-nya, takutnya nanti dibangun puskesmas baru tapi tidak ada tenaga medisnya," ujarnya.
Untuk mengatasi masalah ini, ia telah merekrut Tenaga Harian Lepas (THL). Dia mengatakan tenaga kesehatan dari Pemerintah Provinsi Banten juga telah ditempatkan di puskesmas yang kekurangan dokter. Namun, jumlah tenaga medis tersebut belum bisa juga mencukupi kebutuhan di lapangan.
Kepala Puskesmas Kramatwatu, Kabupaten Serang, Enik Utmawati mengatakan kekurangan tenaga dokter memang menjadi masalah di puskesmasnya. Bahkan, ia menyebut kekurangan SDM ini tidak hanya untuk tenaga dokter, tapi juga bagi perawat hingga bidan.
"Kita ini jam buka sampai 24 jam, kalau menurut analisa beban kerja kami memang masih kurang sekali, meskipun kalau sesuai Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) untuk wilayah perkotaan kita sudah cukup. Tapi kalau sesuai analisa beban kerja, misalnya tentang Tenaga dokter kami saat ini baru ada tiga, satu untuk persalinan, satu rawat inap, satu untuk yang di luar ruang gedung. Ini masih kurang, pelayanan dokter sore sampai malam itu tidak ada, harusnya kan malam itu ada yang jaga," kata Enik.
Dia mengatakan tenaga bidan di puskesmas yang ideal adalah 25 orang. Saat ini, ia memiliki 10 tenaga bidan. Tenaga perawat juga baru memiliki 11 orang, meski idealnya menurutnya adalah di atas 15 perawat.
Karena kekurangan SDM ini, Enik menuturkan, tenaga medis di Puskesmas Kramatwatu harus merangkap tugas administrasi puskesmas. "Selain punya tupoksi untuk penanganan, bidan dan perawat itu juga menjalankan keadministrasian, misalnya menjadi bendahara pemegang program. Ini karena tidak ada tenaga admin, jadi banyak yang merangkap," katanya.
Meski begitu ia mengklaim pelayanan masyarakat tetap diupayakan optimal meski dengan keterbatasan yang dirasakan. "Sehari pasien rata-rata ada 150 sampai 200-an, kita juga rawat inap ada. Walaupun dengan masalah kekurangan SDM ini, pelayanan tetap kita utamakan. Harapan kita agar pemerintah mendukung SDM sesuai dengan kondisi di lapangan," ujarnya.