Senin 09 Dec 2019 17:32 WIB

Bisnis Senjata Kian Marak, tak Ada Tanda-Tanda Melambat

Produksi persenjataan dunia terus meningkat, menurut studi think tank Swedia, SIPRI.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
picture-alliance/dpa/B. Pedersen
picture-alliance/dpa/B. Pedersen

Seratus produsen senjata dan kontraktor militer terbesar di dunia mengalami peningkatan penjualan global tahun 2018 lalu. Total penjualan senjata mencapai 420 miliar dolar AS, sekitar 4,6 persen lebih tinggi daripada tahun 2017.

Dibandingkan angka tahun 2002, penjualan senjata 2018 meningkat 47 persen, menurut studi terbaru Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tentang industri senjata global. Data dari Cina tidak dimasukkan dalam daftar, karena kurangnya data yang dapat diandalkan.

Menurut laporan SIPRI yang dirilis Senin (9/12), peningkatan penjualan senjata terutama didorong oleh lima perusahaan senjata terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan-perusahaan senjata Eropa juga menunjukkan kenaikan penjualan, meskipun pada tingkat yang jauh lebih rendah, yaitu kenaikan 0,7 persen, dengan omset sekitar 102 miliar dolar.

Perusahaan-perusahaan senjata di Rusia sebaliknya menunjukkan penurunan 0,4 persen, dengan nilai penjualan tahun lalu sekitar 36,2 miliar dolar.

AS jauh di depan

Studi SIPRI ini menunjukkan bahwa 10 perusahaan senjata terbesar di dunia meningkatkan pangsa pasarnya sebesar 5,8 persen, dengan omset 210 miliar dolar. Untuk pertama kalinya sejak 2002, lima pabrikan senjata terbesar dunia diisi oleh perusahaan dari Amerika Serikat, dengan pangsa pasar 35 persen dari penjualan 100 perusahaan senjata terbesar dunia.

Lockheed Martin masih tak tertandingi bercokol di peringkat pertama. Perusahaan AS ini meningkatkan penjualannya pada tahun 2018 sebesar 5,2 persen, dengan pangsa pasar 11 persen dari 100 perusahaan persenjataan terbesar. Peningkatan ini sebagian besar merupakan hasil dari penjualan jet tempur F-35 kepada pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara lain.

Boeing menjadi perusahaan terbesar kedua, dengan nilai penjualan hingga 29,2 miliar dolar. Menurut keterangan dari pemerintahan Trump yang dikutip oleh SIPRI, kenaikan penjualan ini terutama dipicu oleh "persaingan strategis antar negara." Negara pesaing terbesar AS dalam bisnis senjata global adalah Rusia dan Cina.

Sejumlah perusahaan senjata juga melakukan fusi pada 2017, yang menghasilkan peningkatan penjualan setahun kemudian. "Rentetan merger dan akuisisi mengindikasikan bahwa perusahaan senjata AS mengharapkan kenaikan bisnis senjata," kata studi SIPRI.

Inggris makin sukses, Rusia terus menguat

SIPRI melaporkan, dua puluh tujuh perusahaan persenjataan terbesar di dunia berasal dari Eropa, dipimpin perusahaan senjata di Inggris dan Prancis. Pemain terbesar dari Inggris adalah BAE Systems, yang mempekerjakan lebih dari 83.000 karyawan.

Perusahaan-perusahaan persenjataan Inggris mencapai omset sebesar 35,1 miliar dolar tahun 2018, sementara perusahaan Prancis 23,2 miliar dolar. Pabrikan senjata Jerman melaporkan penurunan omset sekitar 3,8 persen, dan hanya meraih omset 8,4 miliar dolar.

Satu-satunya produsen Jerman yang berhasil meningkatkan omsetnya tahun 2018 adalah Rheinmetall, yang menunjukkan kenaikan penjualan sebesar 4 persen. "Fenomena ini terutama karena adanya pemesanan kendaraan lapis baja oleh militer Jerman," kata Pieter Wezeman, peneliti militer senior.

Perusahaan-perusahaan Rusia mencapai omset penjualan senilai 36,2 miliar dolar tahun 2018, dengan pangsa pasar 8,6 persen. Meskipun ada sedikit penurunan, namun pangsa pasar perusahaan-perusahaan Rusia sejak 2009 terus menunjukkan pertumbuhan, kata SIPRI.

Pabrikan senjata dari delapan negara lain - Israel, India, Korea Selatan, Jepang, Turki, Australia, Kanada, dan Singapura - melengkapi daftar 100 teratas, dengan omset seluruhnya mencapai 36,2 miliar dolar AS.

hp/as (afp, rtr, dpa)

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement