REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI) Muhammad Ramli Rahim menanggapi soal rencana penghapusan materi khilafah di madrasah yang akan dilakukan Kementerian Agama. Menurut Ramli, materi khilafah dalam Islam sangat penting dan seharusnya tidak dihapus begitu saja.
Khilafah, kata dia, menjadi bagian dari sejarah Islam yang seharusnya tidak dihapuskan dalam pembelajaran. "Khilafah dan perang dalam Islam itu adalah sejarah yang tidak mungkin dihilangkan, sama ketika bicara tentang sosialisme, marxisme, leninisme, maka khilafah juga menjadi bagian dari sejarah Islam, jadi seharusnya tidak dihapuskan dalam pembelajaran," kata Ramli ketika dihubungi, Senin (9/12).
Menurut, Ramli, untuk mengatasi ancaman-ancaman radikalisme dan esktremisme bukan dengan cara menghapus pelajaran soal khilafah. Sebab, khilafah juga perlu diketahui oleh peserta didik khususnya soal sejarah Islam.
Hal yang seharusnya perlu dilakukan untuk mengatasi ancaman radikalisme dan ekstremisme adalah memberikan pemahaman tentang apa itu khilafah dan bagaimana Indonesia harus menguatkan nilai-nilai kebangsaan dan persatuan nasional. Bagaimanapun, menurut dia, sejarah tidak akan mungkin bisa dihapuskan.
Ia khawatir, apabila materi tentang khilafah dihapuskan secara resmi anak-anak justru akan mencari informasi langsung dari internet. Informasi dari internet ini biasanya tidak tersaring dengan baik sehingga justru bisa berbahaya bagi anak tersebut.
"Jangan sampai justru anak didik kita mencari sendiri semuanya sehingga mereka mencari sendiri dan akhirnya menjadi liar pemahamannya, kemudian berbeda dengan konsep khilafah yang seharusnya cukup menjadi sejarah saja," kata dia.
Ia menyebutkan, di Indonesia pun memiliki sejarah Islam yang melimpah. Sejak Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Gowa, dan kerajaan-kerajaan Islam lainnya semuanya penting diketahui peserta didik untuk memahami Indonesia secara menyeluruh.
"Jadi, sebaiknya memang tidak dihapuskan dalam pembelajaran," kata Ramli.