Selasa 10 Dec 2019 04:10 WIB

Hanafi dan Malik, Siapa Lebih Alim? Ini Jawaban Imam Syafi'i

Imam Syafi'i menjawab tiga pertanyaan siapa yang alim antara Hanafi atau Malik.

Imam Syafi'i ditanya tentang siapa yang lebih alim Imam Hanafi atau Imam Malik. Foto Ilustrasi: Makam Imam Malik di Madinah
Foto: Rameenislam.com
Imam Syafi'i ditanya tentang siapa yang lebih alim Imam Hanafi atau Imam Malik. Foto Ilustrasi: Makam Imam Malik di Madinah

REPUBLIKA.CO.ID, Suatu ketika, Imam Al Laits bin Sa'ad menemui Imam Malik dan bertanya kepadanya. "Saya lihat engkau mengusap keringat dari alis matamu?"

“Saya merasa tidak punya apa-apa ketika bersama Abu Hanifah, sesungguhnya ia benar-benar ahli Fikih,” jawab Imam Malik.

Baca Juga

Setelah bertemu dengan Imam Malik, Imam Al-Laits bin Sa'ad kemudian menemui Imam Hanafi. Dia menyampaikan ucapan pujian Imam Malik kepadanya, “Bagus sekali ucapan Imam Malik terhadap anda.”

Imam Hanafi pun menjawab, "Demi Allah, saya belum pernah melihat orang yang lebih cepat memberikan jawaban yang benar dan zuhud serta sempurna melebih Imam Malik."

Imam Hanafi dan Imam Malik pernah hidup sezaman. Dan, keduanya adalah imam dalam mazhab fikih. Mereka berdua yang merupakan ulama besar, saling memuji sejawatnya masing-masing.

Namun, hal yang berbeda jika pertanyaan tentang siapa yang lebih alim antara Imam Hanafi dan Imam Malik ditujukan kepada Imam Syafi'i. Untuk diketahui, Imam Syafi'i merupakan murid Imam Malik tetapi dia tidak pernah hidup sezaman dengan Imam Hanafi.

Seperti kisah yang ditulis oleh Abdul Aziz Asy-Syinawi dalam kitabnya yang berjudul Biografi Imam Mazhab. Suatu ketika, Muhammad bin Hasan (murid Imam Hanafi) pernah menanyai Imam Syafi'i. "Mana yang lebih alim, guruku (Imam Hanafi) atau gurumu (Imam Malik)?"

"Kamu mau aku berkata jujur?" Imam Syafi'i balik bertanya.

"Ya," jawab Muhammad bin Hasan.

"Siapa lebih menguasai Alquran, guruku atau gurumu?" tanya Muhammad bin Hasan.

"Sudah tentu, gurumu," jawab Imam Syafi'i.

Muhammad bin Hasan kembali bertanya, "Siapa lebih menguasai as-sunnah, guruku atau gurumu?" tanya Muhammad bin Hasan.

"Sudah tentu, gurumu," jawab Imam Syafi'i.

"Siapa lebih menguasai fatwa sahabat, guruku atau gurumu?" tanya Muhammad bin Hasan.

Imam Syafi'i menjawab, "Sudah tentu, gurumu."

Lalu Imam Syafi'i mengatakan, "Yang tersisa tinggal qiyas. Dan, qiyas hanya bisa dilakukan berdasarkan ketiga perkara di atas. Jika tidak mengetahuinya atas dasar apa ia akan melakukan qiyas?"

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement