Selasa 10 Dec 2019 12:50 WIB

Amarah Putin Akibat Putusan Sanksi Doping Rusia

Putin menuding sanksi doping ke Rusia bermotivasi politik.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Indira Rezkisari
Bendera Rusia dikibarkan di atas logo Olimpiade. Rusia dikenai sanksi akibat penggunaan doping atletnya.
Foto: AP
Bendera Rusia dikibarkan di atas logo Olimpiade. Rusia dikenai sanksi akibat penggunaan doping atletnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengecam keputusan Dewan Anti Doping Dunia yang melarang Rusia selama empat tahun dari ajang olahraga utama dunia karena pelanggaran doping. Putin menganggap keputusan tersebut bermotivasi politik sehingga bertentangan dengan Piagam Olimpiade.

"Tidak ada yang mencela Komite Olimpiade Rusia dan jika tidak ada yang mencela komite ini. Negara seharusnya ambil bagian dalam kompetisi di bawah benderanya sendiri," kata Putin setelah pertemuan puncak di Paris, dikutip Selasa (10/12).

Baca Juga

Kemarin, Senin (9/12) Badan Anti-Doping Dunia (WADA) mengeluarkan putusan untuk menghukum Rusia dengan melarang negara tersebut tampil pada Olimpiade dan kejuaraan-kejuaraan dunia olahraga apa pun selama empat tahun. Rusia dianggap memanipulasi data laboratorium.

Komite Eksekutif WADA mengambil keputusan itu setelah menyimpulkan Moskow telah merusak data laboratorium dengan memasukkan bukti palsu dan menghapus dokumen-dokumen terkait tes doping positif yang bisa membantu mengidentifikasi kecurangan doping.

Rusia yang berusaha menonjolkan diri sebagai kekuatan olahraga global dihantam skandal doping sejak adanya laporan pada 2015 dari WADA yang mendapati bukti doping massal pada atletik Rusia. Sejak itu wabah doping merajalela ketika banyak atletnya dilarang tampil pada dua Olimpiade sebelumnya dan bendera kebangsaan negeri ini tak boleh dikibarkan pada Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang musim lalu sebagai hukuman atas doping bersponsor negara yang ditutup-tutupi pada Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi.

Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev tidak menampik kalau penggunaan doping masih banyak terjadi di ajang olahraga Rusia. "Itu sulit disangkal," katanya, dikutip dari BBC.

Namun, ia juga menilai larangan berkompetisi bagi atlet Rusia adalah bagian dari histeria anti-Rusia yang kronik.

"Di sisi lain, ada fakta kalau keputusan ini diulang-ulang, kadang berdampak ke atlet yang sudah pernah dihukum dalam satu cara atau cara lainnya. Tidak termasuk poin lain, yang akhirnya membuat timbul pemikiran adanya histeria anti-Rusia yang sudah kronik."

Keputusan WADA atau World Anti-Doping Agency untuk menghukum Rusia itu diambil dengan suara bulat, kata juru bicara WADA. Rusia yang berusaha menonjolkan diri sebagai kekuatan olahraga global dihantam skandal doping. Ini sejak adanya laporan pada 2015 dari WADA yang mendapati bukti doping massal pada atletik Rusia.

Saat ini, Komite Olahraga Rusia memiliki waktu selama 21 hari guna mengajukan banding atas keputusan tersebut melalui Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).

Presiden WADA, Sir Craig Reedie, mengatakan, keputusan menghukum Rusia bertujuan mengatasi krisis penggunaan doping di Rusia. Dia mengatakan, sudah terlalu lama penggunaan doping di Rusia menyebabkan negara tersebut tidak mempraktikkan permainan olahraga yang bersih.

"Rusia sudah diberi kesempatan untuk memperbaiki kondisi dan bergabung kembali dengan komunitas anti-doping dunia demi kebaikan atletnya dan integritas dunia olahraga. Sebaliknya, Rusia memilih bertahan dalam muslihat dan penyangkalan."

Wakil Presiden WADA, Linda Helleland, bahkan menyebut sanksi saja tidak akan cukup. "Kami berutang kepada atlet yang bersih untuk menerapkan sanksi sekeras

mungkin," ujarnya.

Penggunaan doping di Rusia meluas sejak negara menjadi sponsor penggunaan doping bagi atlet di antara tahun 2011 hingga 2015. Laporan penggunaan doping yang disponsori negara itu diungkap oleh pengacara independen di bidang olahraga Richard McLaren pada 2016.

Laporan McLaren, dikutip dari Channel News Asia, membuat Badan Anti-Doping Rusia atau Russian Anti-Doping Agency (RUSADA) dibekukan selama tiga tahun. Badan pengawas RUSADA akan bertemu pada 19 Desember 2019 untuk membahas apakah akan mengambil langkah banding di pengadilan arbitrasi untuk olahraga atas sanksi bagi Rusia oleh WADA.

Kepala RUSADA Yury Ganus tapi tidak yakin negaranya bisa memenangkan putusan banding. "Tidak ada harapan menang di pengadilan. Ini adalah tragedi," katanya.

Negara yang baru saja menggelar turnamen Piala Dunia 2018 resmi dijatuhkan sanksi larangan tampil selama empat tahun ke depan dalam semua acara olahraga dunia. WADA membekukan partisipasi Rusia dalam semua bidang olahraga global, termasuk Olimpade 2020 Tokyo dan Piala Dunia 2022 Qatar.

Atlet Rusia sudah dilarang tampil pada dua Olimpiade sebelumnya dan bendera kebangsaan negeri tersebut tak boleh dikibarkan pada Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang tahun lalu. Ini sebagai hukuman atas doping yang ditutup-tutupi pada Olimpiade Musim Dingin 2014 di Sochi.

Dikutip dari AP, inilah lini masa penggunaan doping dan obat terlarang atlet di Rusia:

Februari 2014

Olimpiade Musim Dingin di Sochi, Rusia. Tim Rusia memenangkan medali dua kali lipat lebih banyak dari medali yang diperolehnya pada 2010.

Desember 2014

Muncul dugaan korupsi dan penggunaan doping secara sistematis di Rusia. Laporan termasuk tuduhan dari mantan ofisial lembaga anti-doping Rusia Vitaly Stepanov dan istrinya Yulia seorang pelari 800 meter yang dilarang tanding karena doping. Pasangan Stepanovs pun bersembunyi karena mengkhawatirkan keselamatannya.

November 2015

WADA mendeklarasikan lembaga anti-doping Rusia tidak kompenten. Sekaligus menutup laboratorium pengetesan obat nasional.

Mei 2016

New York Times memuat pengakuan mantan direktur laboratorium anti-doping di Moskow, Grigory Rodchenkov. Ia mengaku menukar sampel yang mengandung doping dengan yang bersih sesuai program pemerintah di Olimpiade Musim Dingin 2014 dan perlombaan lain.

Agustus 2016

Tim Olimpiade Rio de Janeiro Rusia berkurang banyak setelah sejumlah atlet Rusia gagal tes doping.

Desember 2017

IOC melarang Rusia berkompetisi di Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, tapi 168 atlet Rusia bisa berlomba di bawah bendera netral, yaitu sebagai atlet Olimpiade asal Rusia.

Oktober 2018

AS menduduh militer Rusia meretas organisasi olahraga, termasuk saat Olimpiade 2018. Caranya dengan menggambarkan atlet dari negara lain sebagai pelaku kecurangan.

Juni 2019

Mantan Presiden IAAF Lamine Diack berhadapan dengan pengadilan di Prancis atas tuduhan korupsi. Ia diduga menutupi kegagalan tes doping dengan imbalan uang. Bukti menunjukkan ada aliran 3,5 juta dolar AS dari atlet Rusia dengan imbalan menyembunyikan kegagalan tes doping.

November 2019

Ketua federasi atletik Rusia dituntut memalsukan dokumen medis di kasus anti-doping. Federasi lari Rusia terancam diusir dari dunia atletik.

Desember 2019

WADA melarang tim Rusia berpartisipasi di ajang olahraga besar selama empat tahun. Pengecualian namun diberikan untuk Rusia sebagai bagian dari tuan rumah Piala Eropa pada 2020.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement