REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan kinerja ekspor selama lima tahun ke depan. Khususnya untuk komoditas perkebunan bisa meningkat hingga tiga kali lipat dari yang ada saat ini.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengatakan bahwa rencana peningkatan ekspor komoditas perkebunan tersebut, merupakan target yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. "Menteri Pertanian memberikan satu arahan usai melapor ke Presiden Joko Widodo, untuk melakukan komitmen besar. Kita akan meningkatkan ekspor tiga kali lipat, pada 2020-2024," kata Kasdi, dalam Peringatan Hari Perkebunan ke-62, di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa (10/12).
Kasdi menjelaskan, langkah untuk meningkatkan kinerja ekspor produk perkebunan tersebut perlu dilakukan, mengingat Indonesia sesungguhnya memiliki potensi besar untuk mendongkrak kinerja ekspor Indonesia. Menurut Kasdi, upaya peningkatan ekspor produk perkebunan itu harus didukung oleh seluruh pemangku kepentingan, termasuk peranan pelaku usaha dari sektor swasta, dan juga Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Saat ini, ada sebanyak 137 subsektor perkebunan yang ada di Indonesia. Dalam upaya untuk mendorong peningkatan ekspor tiga kali lipat tersebut, pemerintah akan fokus pada tujuh komoditas strategis perkebunan.Tujuh komoditas strategis perkebunan yang didorong peningkatan produksinya agar mampu meningkatkan ekspor tersebut lanjut Kasdi, adalah, kopi, kakao, kelapa, jambu mete, lada, pala, dan vanili.
"Komoditas lain masih tetap ditangani, namun belum menjadi prioritas utama dalam program," kata Kasdi.
Menurut Kasdi, dalam upaya untuk meningkatkan ekspor produk perkebunan tersebut, tidak bisa hanya bergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD). Sehingga, perlu menggandeng sektor perbankan untuk penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Menurut Kasdi, pada KUR 2020, Kementerian Pertanian mendapatkan alokasi mencapai Rp 50 triliun. Dari total tersebut, Rp 20,37 triliun diperuntukkan bagi subsektor perkebunan."Bunga KUR saat ini sudah enam persen, namun, Menteri Pertanian telah memberikan satu pandangan, untuk memberikan subsidi bunga," kata Kasdi.
Kasdi menjelaskan, jika nantinya rencana subsidi bunga KUR untuk sektor pertanian tersebut dilaksanakan, maka para petani yang mengajukan KUR tersebut hanya akan menanggung beban bunga pinjaman berkisar 1-3 persen. "Enam persen sudah rendah. Akan disubsidi, jadi berkisar 1-3 persen. Bunga akan disubsidi, jadi akan bisa lebih rendah dari enam persen," kata Kasdi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat kinerja ekspor pada Januari-Oktober 2019, untuk sektor pertanian sebesar 2,9 miliar dolar Amerika Serikat (AS), dengan memberikan peranan terhadap total ekspor sebesar 2,09 persen. Nilai tersebut naik jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018, yang sebesar 2,81 miliar dolar AS.