REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekelompok orang bersenjata menyerang Bagram Airbase, pangkalan militer terbesar milik Amerika Serikat (AS) di Afghanistan pada Rabu (11/12). Sedikitnya 50 orang, sebagian besar warga sipil, terluka akibat baku tembak.
Gubernur Bagram Abdul Shakoor mengungkapkan serangan terjadi pada pukul 06.00 pagi waktu setempat. Sasaran pertama kelompok bersenjata itu adalah apotek kesehatan umum di sebelah pangkalan udara.
Menurut keterangan yang dirilis Resolute Support Mission (RSM) pimpinan NATO, kelompok bersenjata tersebut menyerang fasilitas medis yang sedang dibangun untuk membantu masyarakat Afghanistan yang tinggal di dekat pangkalan udara.
"Serangan itu dengan cepat terkendali dan dihalau oleh ANDSF (Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan) dan mitra koalisi. Tapi fasilitas medis untuk masa mendatang rusak parah," kata RSM, dikutip laman Anadolu Agency.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut. Namun, peristiwa itu terjadi saat kelompok Taliban sedang melanjutkan pembicaraan damai dengan AS di Doha, Qatar.
Bulan lalu saat bertemu Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Taliban bersedia untuk mencermati gencatan senjata. "Taliban ingin membuat kesepakatan dan kami bertemu dengan mereka. Kami mengatakan ini harus menjadi gencatan senjata dan sekarang mereka ingin melakukan gencatan senjata," ujar Trump.
Trump cukup yakin gencatan senjata dapat tercapai. "Kita akan lihat apa yang terjadi," ucapnya.
Sejak tahun lalu, AS dan Taliban telah melakukan perundingan perdamaian. AS merupakan sekutu utama Afghanistan dalam memerangi Taliban selama lebih dari sedekade berlangsungnya konflik.
Taliban menginginkan seluruh pasukan AS ditarik dari Afghanistan. AS memiliki 14 ribu personel militer di negara tersebut. Washington telah mengumumkan rencana untuk menarik sekitar 5.000 pasukannya dari Afghanistan.
Namun, hal itu tak akan mengurangi tekad dan komitmen AS untuk membantu Afghanistan dalam memerangi kelompok teroris seperti ISIS dan al-Qaeda.