REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Karakter antikorupsi dapat dibentuk sejak usia dini. Namun upaya menanamkan karakter antikorupsi ini butuh dukungan penuh dari keluarga di rumah maupun para guru di sekolah.
Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Quatly Abdulkadir Alkatiri, mengatakan penanaman karakter antikorupsi dapat dimulai dari hal-hal yang cukup sederhana. Misalnya, dengan kebiasaan menyerahkan kembalian uang belanja dengan utuh.
Hal ini berarti juga membiasakan anak agar tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya. “Di samping itu dapat juga dibiasakan agar anak, berani mengakui kesalahan atau mengajarkan nilai kejujuran,” ungkapnya.
Yang penting, lanjutnya, karakter anak itu dibentuk dari sebuah kebiasaan di rumah maupun di lingkungan keluarga. Sehingga nilai-nilai kejujuran tersebut akan terus terbawa sampai anak-anak tersebut menjadi dewasa.
Quatly menambahkan peran guru di sekolah juga penting. Guru dapat memberikan teladan dengan cara tidak terlambat hadir ke sekolah, adil pada semua murid, menanamkan nilai kejujuran, tidak membiarkan murid menyontek, dan lain sebagainya.
Menurutnya, penanaman nilai-nilai spiritual juga menjadi teramat penting , agar minimal anak timbul rasa khawatir ketika akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh agamanya dan dapat membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang kurang baik
Berbeda dengan kalangan wakil rakyat, lanjut Quatly, transparansi dan integritas menjadi kunci utama dalam upaya pencegahan korupsi, di tataran DPRD sebagai bagian dari penyelenggara pemerintahan.
Anggota dewan pun diminta terbuka mengenai agenda-agenda kegiatan resminya. "Kita harus memastikan kegiatannya ada, jangan sampai fiktif. Sebaliknya juga perlu juga dipastikan memastikan hak-hak anggota DPRD jga tersampaikan dengan baik,” lanjutnya.
Di samping itu, lanjut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah tersebut, anggota dewan juga haus selalu diingatkan bahwa pengabdian pada masyarakat menjadi hal yang paling utama. Bukan pengabdian yang mengatasnamakan kepentingan dirinya sendiri maupun kepentingan kelompok atau golongan tertentu.
Oleh karena itu, jika pembiasaan-pembiasaan ini selalu ditanamkam mulai dari lingkungan terkecil, bukan tidak mungkin pada era berikutnya bakal muncul generasi yang peduli dan berani menolak terhadap bebagai perilaku yang koruptif.
“Maka pembiasaan dalam menanamkan karakter antikorupsi sejak dini juga memiliki makna yang strategis dalam menciptakan Indonesia ke depan yang semakin bersih dan jauh dari perilaku korupsi,” tegas dia.