Kamis 12 Dec 2019 09:24 WIB

AS Kenakan Sanksi Baru ke Maskapai Iran

Sanksi baru untuk Iran akan diberlakukan pada JUni 2020.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Sanksi ekonomi AS untuk Iran.
Foto: republika
Sanksi ekonomi AS untuk Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberlakukan sanksi baru pada maskapai terbesar Iran, ESAIL, dan perusahaan armada laut, Islamic Republic of Iran Shipping Lines (IRISL). Dilansir Reuters, Kamis (12/12), AS menuduh Iran mengangkut alat bantuan mematikan dan proliferasi senjata pemusnahan massal.

Sanksi baru datang hanya beberapa hari setelah berlangsung pertukaran tahanan pada akhir pekan ini. Tindakan kerjasama ini jarang terjadi karena ketegangan meningkat setelah Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian nuklir Iran pada 2015.

Baca Juga

Kini, Departemen Luar Negeri AS menargetkan ESAIL Shipping Company yang berbasis di Shanghai. Sekretaris Negara AS Mike Pompeo mengatakan, mereka telah bekerja dengan organisasi-organisasi Iran yang dikenai sanksi oleh AS. "Mereka juga dengan sengaja mengangkut bahan-bahan terlarang dari Organisasi Industri Aerospace Iran, yang mengawasi semua industri rudal Iran," ujarnya.

Sanksi pada ESAIL dan sanksi tambahan pada Republik Pelayaran Iran akan diberlakukan pada Juni 2020.

AS juga memasukkan perusahaan jaringan pelayaran Iran ke daftar hitam (blacklist). Perusahaan itu disebut telah terlibat dalam penyelundupan bantuan mematikan dari Iran ke Yaman atas nama Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dan pasukan paramiliter dan spionase elit asing, Pasukan Quds.

Sanksi baru juga dijatuhkan pada Mahan Air dan tiga agen penjualan umumnya oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Keuangan AS. AS menduga, mereka berperan dalam senjata proliferasi pemusnah massal yang diperluas dengan sanksi kontraterorisme pada 2011 atas dukungan yang diberikan kepada pasukan IRGC.

Pompeo menjelaskan, program-program ini melibatkan penyedotan dana dari orang-orang Iran yang tertindas. "Mereka menambah kampanye teror dan intimidasi rezim di dalam negeri dan di seluruh dunia," katanya.

Juru bicara misi AS Alireza Miryousefi mengecam sanksi baru tersebut. Dalam sebuah postingan Twitter, ia mengatakan bahwa Iran tidak pernah tertipu oleh air mata buaya AS.

"Sanksi ini secara langsung menargetkan mata pencaharian rakyat Iran, tetapi mereka tidak akan ditakuti oleh tekanan oleh kekuatan asing," kata Miryousefi.

Selain sanksi terhadap perusahaan, Pompeo mengancam sanksi tambahan bagi mereka yang melakukan transaksi ilegal dengan perusahaan tersebut.

Terlepas dari pemberian sanksi kepada banyak perusahaan, Pompeo berharap pertukaran tahanan pada hari Sabtu (14/12) nanti dapat membantu pembebasan orang Amerika lainnya yang ditahan di Iran.

"Masih banyak orang Amerika ditahan di Iran, terlalu banyak," ujarnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement