REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penemuan ular di area permukiman warga semakin marak akhir-akhir ini. Kehadiran reptil melata itu diduga karena habitatnya semakin tergerus oleh ekspansi pembangunan oleh manusia.
Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia, Aji Rachmat Purwanto, mengatakan, fenomena penemuan ular di kawasan hunian adalah hal biasa. "Kejadian ini sangat alamiah natural dan logis, bukan mistis," kata Aji kepada Republika.co.id, Kamis (12/12).
Aji menjelaskan, ular-ular itu memasuki permukiman warga yang pada dasarnya dulu adalah habitat mereka. Namun, sejak ekspansi pembangunan semakin menjadi-jadi, ular pun semakin terdesak.
"Habitat ular kini dihuni oleh manusia. Dengan sengaja kita tutup rawa, kita timbun sawah, kita buldoser hutan dan kita perkecil aliran irigasi sungai-sungai di sawah untuk dibangun cluster perumahan dan jalanan. Tak hanya ular, mangsanya pun semakin terdesak," papar Aji.
Namun, sejumlah hewan buruan ular masih tetap bisa bertahan di sekitar permukiman warga. Seperti kadal, tikus, kodok, cicak dan burung. "Ular pun kembali mendekat ke sana," kata Aji.
Aji menekankan, ular tidak mengenal fungsi tempat. Dimana pun dia nyaman dan ada mangsanya, maka ular akan betah. Terlepas itu di tepi sungai, hutan, kebun, halaman rumah, bahkan di area area industri. "Kebetulan jika di sudut kompleks ada area yang jarang dijamah dan dibersihkan, maka dia akan betah berkeliling disana berburu mangsa," kata Aji.
Adapun penemuan ular belakangan ini yang didominasi anak ular, Aji menyebut hal itu memang karena salah satu mekanisme perkembangbiakannya. Ular bukanlah tipe hewan yang menyusui. Setelah menetaskan telur, maka induknya pergi meninggalkan lubang.
"Sehingga saat ditemukan anak ular di perumahan, akan tidak mungkin mencari induknya di sana. Si induk udah pergi tiga bulan lalu saat usai bertelur, dia tinggalkan telurnya di lubang tertentu dan tidak dierami," papar Aji.
Aji pun berkesimpulan, maraknya fenomena penemuan ular itu adalah pertanda bahwa reptil melata itu sedang mudik ke area nenek moyangnya dan mencari mangsa di sana. "Dan, semakin ke depan, konflik ular dengan manusia ini tidak akan mereda, tapi justru akan semakin tinggi frekuensinya," ucapnya.
Penemuan ular di permukiman warga terjadi di sejumlah daerah. Salah satunya di perumahan Royal Citayam Residence, Kabupaten Bogor. Di perumahan tersebut ditemukannya 29 ekor anak ular kobra dalam sepekan terakhir. Kemarin, Rabu (11/12) juga ditemukan sembilan ekor anak ular kobra di sekitar permukiman warga di Cakung Barat, Kota Jakarta Timur.