REPUBLIKA.CO.ID, AUCKLAND -- Korban meninggal dunia akibat erupsi gunung berapi di White Island, Selandia Baru bertambah menjadi 16 orang. Setelah empat hari erupsi memporak-porandakan wilayah destinasi populer itu, polisi Selandia Baru hingga kini masih menelusuri kemungkinan adanya mayat lain di White Island.
Penurunan risiko vulkanik memungkinkan polisi untuk mendarat di pulau pada Jumat (13/12) pagi waktu setempat. Meskipun para ilmuwan memperingatkan masih ada kemungkinan 50 hingga 60 persen dari letusan lain.
"Gunung berapi terus menghasilkan getaran pada Kamis dan sangat labil," kata Ilmuwan senior di GNS Science Graham Leonard dilansir USA Today, Kamis (12/12).
Sebelumnya, pihak berwenang mengonfirmasi total delapan kematian. Sementara sebanyak delapan orang lainnya diperkirakan juga meninggal di pulau itu. Dengan demikian jumlah kematian total yang diperkirakan menjadi 16.
Mereka yang selamat dari letusan gunung berapi kebanyakan menderita luka bakar yang mengerikan. Sebanyak 28 orang lainnya masih dirawat di rumah sakit, termasuk 23 orang dalam kondisi kritis. "Letusan dalam 24 jam ke depan masih mungkin terjadi sebagaimana lubang gunung berapi di Selandia Baru," ujar GeoNet memperingatkan.
Sebanyak 47 orang terdeteksi berada di pulau wisata populer pada saat letusan terjadi. Beberapa di antaranya berjalan di sepanjang tepi kawah. Korban berlari ke laut untuk menghindari uap panas dan abu yang muncul terbakar.
Direktur klinis bedah di Counties Makanau dokter John Kenealy mengatakan mayoritas korban mengalami luka bakar yang sangat parah. Beberapa luka bakar pasien menutupi 90 persen hingga 95 persen dari tubuh mereka.
"Jumlah luka bakar ini belum pernah terjadi sebelumnya di Selandia Baru dan seluruh dunia," kata Kenealy. Pemerintah Selandia Baru memesan 186 ribu inci persegi cangkok kulit dari Amerika Serikat untuk membantu para korban luka bakar.