REPUBLIKA.CO.ID, ALJIR -- Pemilihan presiden Aljazair dilakukan pada Kamis (12/12). Pemungutan suara terjadi di tengah kontroversi dari calon-calon yang dianggap memiliki hubungan dengan pemerintah sebelumnya.
Pemungutan suara tersebut merupakan yang pertama sejak mantan presiden Abdelaziz Bouteflika dipaksa mundur dari kursinya. Dia telah memimpin negara tersebut selama dua dekade hingga April setelah protes damai nasional mendesaknya meninggalkan jabatan.
Pemilihan kepala negara ini telah mengalami dua kali penundaan sejak gerakan protes tanpa pemimpin yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang dikenal sebagai Hirak, meletus pada Februari. Pemilihan dimulai pukul 07.00 waktu setempat dan ditutup pada 21.00 meskipun dapat diperpanjang. Hasil awal diharapkan akan diumumkan mulai pukul 23.00.
Untuk memenangkan pemilihan, seorang kandidat harus mendapatkan lebih dari 50 persen suara. Jika tidak ada yang mencapainya, dua kandidat dengan suara terbanyak akan berjalan ke putaran kedua dalam waktu beberapa pekan.
Lebih dari 24 juta orang memiliki hak memilih. Akan tetapi diperkirakan banyak warga Aljazair tinggal di rumah untuk memboikot pemilihan yang menurut mereka dirancang untuk mempertahankan status quo.
Demonstran mengatakan tidak ada pemilihan yang bebas atau adil selama wajah lama tetap berkuasa dan militer terus terlibat dalam kehidupan politik negara itu. Mohamed Kirat dari Universitas Qatar mengatakan para demonstran dari awal pemberontakan menginginkan perubahan radikal sistem politik, tetapi itu gagal terwujud.
"Lima kandidat untuk kepresidenan berasal dari rezim lama. Jadi hal-hal apa yang akan mereka bawa ke agenda mereka?" ujar Kirat.
Lima kandidat yang bersaing untuk menggantikan Bouteflika untuk jangka waktu lima tahun adalah mantan perdana menteri Ali Benflis dan Abdelamajid Tebboune. Kemudian ada mantan menteri pariwisata Abdelakader Bengrina, mantan menteri kebudayaan Azzedine Mihoubi, dan kepala partai el Moutstakbal Abdelaziz Belaid.
Dikutip dari Aljazirah, Kirat menyatakan banyak peluang untuk memanipulasi suara dan itu menyebabkan banyak orang tidak mau pergi memilih presiden. "Saya tidak berpikir kita akan memiliki lebih dari 50 persen orang yang memberikan suara hari ini," ujarnya.
Di luar negeri, prosedur pemilihan dilakukan Sabtu lalu. Di beberapa kota Prancis, termasuk Paris, pengunjuk rasa Aljazair melakukan aksi antipemilu di depan tempat pemungutan suara. Menurut otoritas pemantau pemilihan independen Aljazair (ANIE) menyatakan 20 persen dari 900 ribu warga Aljazair yang tinggal di luar negeri telah memberikan suara. Dwina Agustin