Kamis 12 Dec 2019 18:08 WIB

Pembelajaran Usia Dini Mengikuti Fitrah Anak-Anak

Esensi pendidikan adalah merawat dan menumbuhkembangkan fitrah anak.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Pembelajaran Usia Dini Mengikuti Fitrah Anak-Anak. Foto ilustrasi anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Foto: Republika/Prayogi
Pembelajaran Usia Dini Mengikuti Fitrah Anak-Anak. Foto ilustrasi anak Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendidikan usia dini menjadi salah satu fondasi penting bagi masa depan anak. Di usia ini, anak-anak masih dengan pembawaan atau fitrahnya lalu diberikan bimbingan untuk mendalami ilmu.

 

Baca Juga

Ketua Umum Indonesia Emas (IE) Rahmat Saripudin Syehani menyebut pendidikan yang dilakukan dalam jenjang PAUD hingga taman kanak-kanak (TK) bertujuan menumbuhkembangkan fitrah anak-anak tersebut.

"Manusia lahir sesuai dengan fitrahnya. Maka tidak perlu khawatir akan anak-anak kita. Mereka dilahirkan sesuai dengan zaman dan tempatnya. Yang memprihatinkan jika anak-anak ini dibandingkan dengan zaman orang tuanya dulu," ujarnya dalam kegiatan Seminar Nasional Pendidikan Berbasis Fitrah di Gedung Puskurbuk Balitbang Kementerian Pendidikan, Kamis (12/12).

Ia lalu mengutip ayat suci Alquran yang menjelaskan jika Allah SWT telah menyiapkan fitrahnya kepada masing-masing anak. Dalam QS Ar-Rum ayat 30 dituliskan, "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah."

Dalam diri setiap manusia setidaknya ada empat fitrah yang telah ditanamkan, yakni fitrah zaman dan tempat, fitrah belajar, fitrah kemanusiaan, dan fitrah keimanan. Menjadi keputusan guru dan orang tualah apakah fitrah yang dimiliki anak-anak ini dikembangkan atau tidak.

Esensi pendidikan adalah merawat dan menumbuhkembangkan fitrah anak. Dari sisi fitrah kemanusiaan, anak juga punya rasa ingin dihargai dan memiliki perasaan yang halus. Karena itu, harus berhati-hati dalam berbicara kepada anak, bahkan sejak di dalam kandungan.

Untuk fitrah zaman dan tempat, Allah SWT menghadirkan makhluknya sesuai dengan kondisi dan zaman yang ada. Maka dari itu, Rahmat menyebut tidak bisa anak-anak yang lahir di zaman penuh teknologi dididik dengan gaya 70-an hingga 90-an dimana tidak ada gawai atau teknologi.

"Meniadakan anak-anak dari televisi atau gawai itu tidak mungkin. Yang mungkin adalah mengedukasi penggunanya. Disesuaikan, tidak mungkin juga anak bayi diberi ponsel," ujarnya.

Ia menyarankan para orang tua jangan pernah berpikiran cara mendidik anak-anak saat ini sama seperti yang mereka dapatkan dahulu. Ada tahapan yang harus disesuaikan, bukan terburu-buru.

Adalah fitrah anak untuk belajar. Sejak usia 100 hari di dalam kandungan, sel-sel otak meningkat secara drastis. Hingga anak berusia tiga bulan setelah dilahirkan, sel-sel ini semakin berkembang bahkan melebihi kapasitasnya. Baru setelah itu beberapa sel otak mengalami kehancuran menyesuaikan dengan kemampuan otak.

Sel-sel otak anak ini bisa berkembang dengan belajar. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan anak dalam hal pelajaran dan pendidikan. Pengembangan ini bisa dilakukan dari berbagai sisi, namun bermain adalah salah satu bentuk belajar anak yang paling nyata.

"Kegiatan membaca menulis ini bukan hal yang bisa dipaksa, disuruh, atau dilarang. Yakinlah anak akan berkembang sesuai dengan masanya. Ada tahapan yang mereka miliki dan kita harus sabar dalam mengembangkan itu," ujar pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Nurul Fikri Aceh Darussalam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement