REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Investree mencatat pembiayaan syariah berkontribusi sekitar 10 persen dari total pinjaman yakni sekitar Rp 240 miliar. Co-Founder dan CEO Investree Adrian Gunadi menyampaikan jumlah tersebut naik tiga kali lipat dari tahun lalu.
"Dari total pinjaman sebesar Rp 2,4 triliun, 10 persennya adalah syariah," katanya di sela Investree Conference (i-Con) 2019 di Jakarta, Rabu (12/12).
Ia berharap jumlah tersebut masih akan terus tumbuh signifikan meski tak ingin menyebut target. Komitmen peningkatan portofolio syariah dilakukan salah satunya dengan menggandeng lender institusi seperti yang dilakukan untuk portofolio konvensional.
Investree sudah memiliki beberapa mitra perbankan yang melakukan kerjasama channeling di portofolio konvensional. Diantaranya Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Mandiri. Adrian menyampaikan jumlah portofolio lender institusi mencapai 30 persen dari Rp 2,4 triliun pinjaman.
"Kontribusi lender institusi itu 30 persen dari Rp 2,4 triliun, sisanya lender ritel yang berjumlah sekitar 20 ribuan," katanya.
Sementara jumlah peminjam atau borrower sekitar 6.500 orang. Adrian optimistis portofolio syariah akan bergerak cukup signifikan setelah kerja sama channeling dengan lender institusi syariah pertama yakni BRI Syariah.
Menurutnya, permintaan pembiayaan syariah semakin meningkat di platform. Ini disinyalir karena masyarakat atau pelaku UKM sudah memiliki preferensi syariah. Apalagi pengusaha yang bergerak di sektor syariah atau halal semakin menjamur.
Sehingga ada tuntutan agar pembiayaan atau skema transaksi yang digunakan adalah berbasis syariah. Fintech, kata Adrian, harus jeli melihat peluang tersebut. Setelah pricing yang kompetitif dan serba digital, maka masyarakat tidak ragu lagi menggunakan platform syariah.
"Kita kalau mau mengembangkan syariah, maka level of playing field harus sama seperti kovensional," katanya.
Kredit dan pembiayaan di Investree naik dari Rp 1,1 triliun tahun lalu. Sementara kumulatif pembiayaan sejak awal berdiri telah mencapai Rp 4,2 triliun. Tahun 2020, diharapkan bisa tumbuh double digit hingga Rp 8 triliun.