REPUBLIKA.CO.ID, SARILAMAK -- Aktivitas tambang yang diperparah intensitas hujan yang tinggi membuat tanah retak selebar satu meter. Kondisi ini terjadi di Jorong Batu Hampa dan Jorong Simpang Tiga, Kenagarian Koto Alam, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat.
"Retakan tanah ini kurang lebih sepanjang 300 meter. Selain aktivitas pertambangan yang menggunakan bahan peledak, juga diperparah intensitas hujan yang tinggi," kata salah seorang warga Jorong Polong Dua, llham Uwo di lokasi, Kamis (12/12).
Ia mengatakan meski retakan berada di Jorong Batu Hampa, namun juga mengancam Jorong Polong Dua. Lebih dari 300 jiwa di jorong Polong Dua sekarang tengah dihantui longsoran tanah dari Jorong Batu Hampa.
“Sekarang di Polong Dua tinggal menunggu tanah yang roboh saja dari Jorong Batu Hampa. Retakannya sudah selebar satu meter. Kami yang di Jorong Polong Dua, tinggal menunggu ditimbun oleh longsoran dari atas,” kata dia.
Ia menyebutkan tiga tahun lalu retakan tanah di atas desanya ini belum ada. Retakan baru terlihat dalam dua tahun terakhir yang juga bertepatan dengan aktivitas tambang. “Orang yang menambang itu pakai dinamit. Tidak jauh dari sini, hanya berkisar satu kilometer," katanya.
Sedangkan di Jorong Simpang Tiga, retakan tanah telah merusak enam unit rumah. Akibatnya penghuni rumah tidak bisa lagi menghuni rumahnya dan memilih untuk mengungsi ke rumah keluarganya.
Salah seorang pemilik rumah, Uwan, menyebutkan sejak curah hujan tinggi beberapa hari terakhir terjadi gerakan tanah yang membuat dinding dan pondasi rumah menjadi retak. “Rumah saya tidak jauh dari lokasi longsor pada Selasa (10/12). Ada gerakan tanah dan rumah saya sudah rusak,” kata dia.
Wali Nagari Koto Alam Abdul Malik mengatakan adanya pergerakan tanah di Koto Alam diakibatkan curah hujan tinggi beberapa hari terakhir. Ia menyatakan ada enam unit rumah yang rusak.
“Memang ada enam unit rumah rusak. Itu akibat curah hujan yang tinggi di Koto Alam dan membuat tanah bergerak,” kata dia.