REPUBLIKA.CO.ID, Para pakar dan praktisi pendidikan nasional mengingatkan pemerintah agar tidak hanya berfokus pada pembangunan infrastruktur dan penguatan ekonomi semata. Pun, proses pendidikan di generasi muda diharapkan tidak hanya berpaku pada tolok ukur kuantitas dan penguasaan kompetensi saja.
“Kita bisa melihat sejarah dunia. Tidak sedikit negara yang kekuatan ekonominya adidaya, tingkat kesejahteraan warganya sangat tinggi, masyarakatnya pintar-pintar, militernya kuat, tapi tetap saja mereka bubar. Contohnya Uni Soviet. Itu artinya capaian ekonomi, penguasaan kompetensi hingga kekuatan militer itu penting, tapi bukan yang utama. Lalu yang utama apa? Rasa dan semangat kebangsaan,” ujar Ketua Aliansi Kebangsaan, Pontjo Sutowo, berdasarkan rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (12/12).
DIskusi tersebut diselenggarakan atas kerjasama Aliansi Kebangsaan, Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB) dan Forum Komunikasi Putra-Putri Purnawirawan TNI/Polri (FKPPI).
Secara lebih mendalam, Pontjo menyebut bahwa semangat kebangsaan dapat diartikan sebagai dorongan dan semangat warga negara untuk hidup bersama dalam lingkup sebuah bangsa dan negara. Semangat inilah yang bila berkaca pada realitas di masyarakat yang terjadi saat ini dalam pandangan Pontjo sudah sangat memprihatinkan.