REPUBLIKA.CO.ID, KH Mu'ammal Hamidy
Surga adalah sebuah tempat di akhirat yang penuh dengan keindahan dan kedamaian. Tiada bandingan dengan kehidupan duniawi yang kini telah tersedia. Allah SWT dalam sebuah hadis qudsi menegaskan: Telah Aku siapkan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh, sesuatu yang (keindahannya) belum pernah dilihat mata, belum pernah didengar telinga, dan belum pernah tergerak pikiran/khayalan hati manusia. (HR Muslim).
Jalan ke surga itu ada dua macam. Ada yang mulus tanpa melalui pemeriksaan (bighairi hisab) dan ada pula yang harus melalui pemeriksaan. Bahkan, mampir ke neraka dulu, meski harus tetap dalam koridor mukmin dan beramal saleh. Tanpa dua bingkai ini, sulit dapat lolos ke surga sebagaimana disyaratkan dalam hadis qudsi tersebut bahwa surga hanya diperuntukkan bagi hamba-hamba-Nya yang saleh.
Di hadis lain, Rasulullah saw juga menjelaskan kriteria atau syarat dari hamba yang saleh, penghuni surga dengan jalan mulus. Hadis riwayat Muslim itu mensyaratkan tiga hal.
Pertama, ifsya'us salam (menyebarluaskan salam). Selain bermakna sering mengucapkannya, juga bermakna pada sikap dan perbuatan yang membawa kepada kedamaian, kerahmatan, dan keberkahan. Kedua, Ith'amuth tha'am (memberi makan orang yang memerlukan), yaitu fuqara wal masakin, baik makanan itu berasal dari dirinya sendiri atau sekadar menyalurkan makanan dari orang lain.
Ketiga, shalatul lail wannaasu niyamun (shalat malam di saat orang lain sedang tidur). Shalat itu adalah shalat tahajud yang mengantarkan untuk berkomunikasi langsung kepada Allah dan mendoakan bagi keselamatan diri sendiri, keluarga, dan masyarakat luas di dunia dan akhirat kelak. Di tengah malam itulah ada waktu mustajabatut do'a (terkabulnya doa), karena di saat itu Allah sendiri yang menyaksikan hamba-hamba-Nya ber-munajat.
Ketiga hal tersebut selayaknya dilakukan secara kontinu, bukan temporer karena terhalang keperluan duniawi. Sebab, amalan yang sangat dicintai Allah adalah karena keajegannya (dawamuha).
Hal seperti itulah yang dicontohkan Rasulullah saw sebagaimana seringkali beliau bersabda bahwa Allah mencintai amalan yang kontinu meski sedikit. Allah kurang menyukai hamba-Nya yang beramal tak menentu kendati ketika beramal saleh dalam jumlah yang banyak.
Insya Allah dengan melaksanakan tiga hal tersebut kita akan dapat menapaki jalannya orang-orang saleh, mereka yang akan menempuh perjalanan ke surga dengan mulus. Selama masa penantian di alam dunia ini, mereka yang tergolong orang-orang saleh adalah manusia yang dibutuhkan untuk membawa kepada keamanan, keberkahan, dan kedamaian.
Hiruk pikuk bangsa yang terancam dengan berbagai kekacauan dan disintegrasi ini sedikit banyak akan teratasi lewat kehadiran orang-orang saleh di negeri ini. Semoga kita termasuk dalam golongan orang yang saleh dan membawa kedamaian bagi bangsa ini.