REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan Ali Mochtar Ngabalin mempersilakan untuk mengkritik pemerintah. Akan tetapi, pengkritik juga harus memberikan jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi.
"Boleh mengkritik, tetapi bisa memberikan jalan keluar," katanya, usai peluncuran buku "Cerita dari Sudut Istana" di Wisma Antara, Jakarta, Kamis (12/12).
Politikus kelahiran Fakfak, Papua Barat, 25 Desember 1958 itu mengatakan kritik juga harus disampaikan secara santun, bukan dengan menghujat, menghina, atau mencaci maki. Menanggapi kritikan bernada nyinyir yang kerap disampaikan Rocky Gerung, Ngabalin mendoakan Tuhan memberikan hidayah agar segera sadar.
"Orang berilmu itu bukan orang yang pandai menghujat, mencaci maki, dan mendungu-dungukan orang," tegasnya.
Sebagai orang berilmu, kata dia, semestinya Rocky bisa lebih santun dan bertata krama, serta memilih narasi dan diksi yang baik dalam menyampaikan kritik. "Kalau sampai dia mengatakan jangan-jangan Presiden tidak paham Pancasila, logika apa yang dipakai?" katanya.
Ngabalin menambahkan sebagai orang yang dipercaya kembali oleh Presiden untuk menjadi bagian Kantor Staf Presiden, dirinya akan terus menyosialisasikan apa saja yang dilakukan Presiden.
Buku berjudul "Cerita dari Sudut Istana" itu ditulis oleh Alois Wisnuhardana dan Jojo Rahardjo, mantan Tenaga Ahli Madya Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP. Buku setebal 349 halaman itu menceritakan bagaimana sebuah peristiwa di Istana Kepresidenan dapat diolah menjadi narasi untuk didistribusikan ke publik.