REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD — Sebanyak empat serangan teror terjadi di sejumlah lokasi di Provinsi Saladin dan Diyala, Irak. Laporan dari pihak berwenang menyebutkan jumlah korban tewas dalam insiden itu meningkat, menjadi 15 orang.
Sumber keamanan menyebutkan bahwa ada 11 anggota unit paramiliter Hashd al-Shaabi yang tewas dalam dua ledakan dekat pos pemeriksaan militer di Samarra, kota di Saladin. Selain itu, ada tiga orang anak yang meninggal di Al Shirqat ketika sebuah bom meledak di jalan yang terletak dekat dengan sebuah sekolah dasar.
Kemudian ada satu orang yang tewas dan dua lainnya cedera di Diyala, saat bom yang diletakkan di dekat sepeda motor meledak. Hingga saat ini belum ada kelompok atau organisasi yang mengklaim berada di balik empat serangan terpisah itu.
Meski demikian, sumber keamanan mengatakan bahwa serangan memiliki pola yang sama dengan apa yang selama ini dilakukan oleh Kelompok Islam Irak dan Suriah (ISIS). Situasi di Irak sebelumnya sempat membaik sejak akhir 2017, di mana pasukan keamanan negara itu melakukan upaya pembersihan kelompok militan secara menyeluruh.
Pasukan keamanan dan unit paramiliter Hashd Shaabi yang didukung oleh koalisi internasional dalam sebuah pernyataan mengatakan telah merebut seluruh wilayah yang pernah dikuasai oleh ISIS. Meski demikian, sejumlah anggota tersisa dari kelompok militan yang juga disebut sebagai Daesh itu nampaknya berpencar ke sejumlah wilayah di Irak, termasuk area perkotaan.
Selain itu, mereka juga beroperasi di wilayah padang pasir dan area berbukit, serta melakukan serangan secara gerilya terhadap pasukan keamanan Irak dan warga sipil negara itu. Sejak 1 Oktober lalu, Irak juga diguncang dengan gelombang demonstrasi anti-pemerintah besar-besaran.
Demonstran berlangsung di Ibu Kota Baghdad serta sebagian besar kota di wilayah selatan negara Timur Tengah itu. Para pengunjuk rasa menyuarakan protes atas korupsi yang terjadi dalam pemerintahan, kurangnya lapangan kerja, hingga pelayanan yang buruk terhadap masyarakat.
Sepanjang aksi yang berlangsung, bentrokan antara demonstran dan petugas keamanan tak dapat dihindari. Dalam laporan, disebutkan puluhan orang terluka karena gas air mata dan sebagian dirujuk ke rumah sakit di Baghdad dan provinsi Karbala.