Jumat 13 Dec 2019 20:00 WIB

Gletser di Puncak Jaya Terancam Punah dalam Satu Dekade

Penyusutan gletser di Puncak Jaya menjadi indikator perubahan iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Muhammad Hafil
Puncak Jaya
Puncak Jaya

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gletser atau bongkahan es yang ada di Puncak Jaya, Papua menyusut begitu cepat dan terancam punah dalam satu dekade. Hal itu berdasar pada penelitian yang diterbitkan dalam National Academy of Sciences.

Lonnie Thompson, salah satu penulis studi menyatakan, penyusutan gletser di negara tropis seperti Indonesia menjadi indikator nyata bahwa perubahan iklim terjadi secara ekstrim.

Baca Juga

"Gletser di pegunungan Papua Indonesia dan beberapa wilayah lain seperti Afrika dan Andes Peru adalah peringatan dini tentang perubahan iklim," kata Thompson dilansir Malay Mail, Jumat (13/12).

"Karena lokasi gletser di Puncak Jaya relatif rendah, ini akan menjadi gletser tropis yang hilang pertama kali," ucap dia.

Penulis studi lainnya Donaldi Permana mengungkapkan, gletser tropis seperti yang ada di Papua cenderung lebih cepat merespon perubahan iklim sebab lapisan esnya tidak terlalu besar. Menurut dia, gletser yang dulu mencakup sekitar 2000 hektar menyusut menjadi kurang dari 100 hektar.

"Situasi ini telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan karena pembentukan es tidak lagi terjadi," kata Permana.

"Gletser terancam menghilang dalam satu dekade bahkan lebih cepat," tambah dia.

Penyusutan gletser juga telah diperburuk oleh fenomena El Nino, yang menyebabkan suhu lebih hangat dan curah hujan berkurang. Sebab itu, untuk memperlambat pencairan es di Papua, perlu ada langkah nyata dari semua pihak dalam menangai perubahan iklim.

“Mengurangi emisi gas rumah kaca dan menanam lebih banyak pohon mungkin dapat memperlambat resesi es di Papua,”  tegas Permana.

Sementara itu, pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP25 yang berlangsung sejak 2 sampai 13 Desember 2019 di Madrid Spanyol, lebih dari 50 negara termasuk Indonesia, menunjukkan komitmennya dalam membahas perubahan iklim dan membuat kerangka perubahan iklim.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement