REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Teknik Bhayangkara FC Yeyen Tumena menilai hadirnya turnamen pramusim kerap menganggu kesiapan klub untuk memulai kompetisi resmi. Akibatnya banyak tim yang mengalami hasil jeblok di awal-awal laga.
"Begini, kita saat memulai kompetisi itu ada namanya pramusim. Pramusim itu sering terganggu oleh turnamen pramusim, Piala Presiden, Piala Sudirman dan lain-lain. Sehingga performa pemain di putaran pertama itu di awal-awal tidak sesuai yang kita harapkan," kata Yeyen di Kantor Kemenpora, Jumat (13/12).
Turnamen pramusim seolah menjadi kompetisi yang membuat setiap klub wajib menampilkan permainan terbaik dan mati-matian. Sebab hadiah turnamen pramusim besar serta ada gengsi dari tim itu sendiri. Padahal kata Yeyen, pramusim merupakan ajang untuk mencari serta mematangkan strategi. Apalagi pemain yang baru bergabung bersama tim setelah libur beberapa pekan harus memulihkan kondisi kebugaran secara bertahap.
Apabila kondisi tim tidak sesuai ekspektasi, tak sedikit klub yang melakukan bongkar pasang baik di sisi pelatih maupun pemain. Dengan kondisi itu, maka klub akan mengawali kompetisi resmi dalam keadaan tidak siap.
"Maka kita harus merawat pemain kemudian meningkatkan daya tahan dia secara general, baru masuk ke spesifik. Itu kan runtutan pramusim," katanya.
Kata Yeyen, kondisi ini dirasakan Bhayangkara FC pada awal-awal musim. Mereka terseok-seok karena mengikuti turnamen dengan lawan yang langsung menguras tenaga. Namun pada putaran kedua mereka baru bangkit dan sempat mencatatkan delapan laga tanpa kekalahan.
"Tapi bukan tim kami saja, pasti tidak dalam kondisi yang sudah siap untuk berkompetisi. Itu efeknya mengganggu di persiapan tim terutama di awal-awal. Karena ada pemain yang cedera, pemain yang belum siap terpaksa main," kata dia.