REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengimbau masyarakat untuk siaga bencana. Sebab pada musim hujan saat ini, warga akan menghadapi tiga bencana alam: angin puyuh, longsor, dan banjir.
Angin puyuh terjadi di banyak tempat. Menjelang atau ketika hujan membasahi bumi, angin biasanya bertiup kencang mengempaskan benda-benda, bahkan makhluk yang ada di tempat angin bertiup kencang.
Hal ini mengakibatkan masyarakat sekitar terluka, bahkan menelan korban jiwa. Bencana ini juga menimbulkan trauma psikis dan kerugian materil.
Kepala BBPD Jawa Timur, Subhan Wahyudiono, mengatakan, BBPD Jatim sudah bersinergi dan berkoordinasi dengan pemda tingkat II untuk memasang rambu waspada angin puyuh. Juga memangkas dahan dan pohon-pohon yang berpotensi patah dan merusak benda-benda yang ada di sekitarnya bila tumbang.
Terkait dengan longsor, Subhan mencatat ada 13 kabupaten yang rawan bencana ini. “Kebanyakan adalah daerah-daerah yang memiliki tebing, seperti Magetan, Pacitan, Nganjuk, Ponorogo, Tulungagung, Trenggalek, Malang, dan lainnya,” kata Subhan saat dihubungi pada Ahad (15/12).
BBPD Jatim menilai, bencana longsor mengakibatkan saluran air bahkan sungai tersumbat, sehingga aliran air menjadi tidak lancar. Bangunan dan warga menjadi tertimbun, rusak, dan tewas, akibat bencana ini.
Upaya penanggulangannya adalah dengan mengimbau masyarakat untuk hindari lereng rawan longsor. Mereka harus menghindari rembesan tanah yang terdapat di area tebing.
BBPD Jatim juga mendorong mereka untuk menjaga area tebing agar tidak dialiri air, karena dapat membuat kontur tanah bergeser dan menimpa bangunan dan orang yang ada di bawahnya.
Bencana lainnya adalah banjir. BPBD Jawa Timur mencatat ada 22 dari 38 kabupaten/kota yang rawan banjir.
Bila dihitung dari jumlah desa, maka ada 643 yang rawan banjir. Sebabnya, daerah tersebut dekat dengan tujuh aliran sungai besar. Di antaranya adalah Brantas, Bengawan Solo, Kaliwelang, Bbajulmati, Kali Pekalen di Situbondo-Bondowoso, Kali Kemuning, dan lainnya.
Ancaman bencana ini adalah orang hanyut, rumah terendam, mengakibatkan penyakit, kerusakan sanitasi dan bangunan, trauma psikis, dan kerugian materil. Bencana semacam ini merusak perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.
“Kita mendorong partisipasi masyarakat untuk membersihkan sungai dan saluran air, dan membuat resapan air seperti biopori,” kata Subhan.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk membuat sumur-sumur untuk menjadi resapan dan kantong penyimpanan air. Ketika hujan turun, air akan mengalir ke daerah yang rendah, di antaranya adalah sumur dan sungai. Dari saluran itu, air akan terus mengalir ke daerah yang lebih rendah hingga sampai laut.
Imbauan
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, sudah mengeluarkan surat imbauan siaga bencana hidrometeorologi ke pemda tingkat II. Isinya adalah analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) tentang musim hujan di Jawa Timur yang sudah dimulai sejak November.
Puncaknya ada pada Januari dan Februari. Musim ini berpotensi mengakibatkan tiga bencana, seperti diuraikan di atas.
Gubernur mengimbau kepala daerah tingkat II untuk membuat surat siaga darurat bencana. Tujuannya untuk memudahkan koordinasi penanggulangan musibah dengan melibatkan dinas terkait.
Juga melibatkan TNI, Polri, dan relawan. Semuanya akan terjun membantu masyarakat untuk menanggulangi dan mengantisipasi musibah.
Bupati dan wali kota juga diimbau untuk menyiapkan logistik dan personel penanggulangan bencana. Pos siaga juga harus ada dan aktif memantau segala potensi bencana yang dapat terjadi pada waktu yang tak terprediksi.
Surat siaga darurat bencana juga bermanfaat untuk mempercepat langkah pengambilan kebijakan terkait penanggulangan bencana. Hal ini dilakukan dengan berpedoman pada asas cepat, tepat, transparan, efektif, dan efisien.