REPUBLIKA.CO.ID,MADINAH -- Suatu malam, Imam Malik bermimpi melihat malaikat maut. Kemudian, dia bertanya kepada malaikat maut tersebut, "Kapan ajalku datang?".
Malaikat maut tidak menjawab, tetapi hanya menunjuk kelima jari tangannya. Imam Malik kembali bertanya, "Apa yang dimaksud dengan lima jari ini? Apakah berarti lima tahun, lima bulan, lima minggu, atau lima hari?" Akan tetapi Imam Malik terbangun dari tidurnya sebelum beliau mendapat jawaban dari malaikat maut.
Abdul Azis Asy-Syinawi dalam buku berjudul Biografi Empat Imam Mazhab terbitan Beirut Publishing, menuliskan, usai bermimpi tersebut, Imam Malik pergi menemui Muhammad bin Sirin, seorang ulama besar dan ahli menakwilkan (menafsirkan) mimpi, lalu menceritakan mimpinya.
Mendengar hal itu, Ibnu Syirin tersenyum seraya berkata, "Wahai Imam Darul Hijrah, bukanlah yang dimaksud dengan kelima jari itu adalah lima tahun, lima bulan, lima pekan, ataupun lima hari. Akan tetapi, yang dimaksudkan adalah lima perkara dari perkara-perkara ghaib, yang tidak diketahui kecuali oleh Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib, yaitu:
"Sesungguhnya Allah hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat, dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim, dan tidak seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya, Allah maha mengetahui dan Maha dalam Pengetahuan-Nya." (Lukman-34).