REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Langkah perbaikan gizi dengan mengomsumsi makanan-makanan yang sehat harus dilakukan pemerintah.
“Yang pasti langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah adalah mensosialisasikan ke masyarakat agar dapat mengonsumsi makanan-makanan sehat, agar perbaikan gizi itu terpenuhi,” kata Wakil Ketua Komisi V DPR RI, Nurhayati Monoarfa, dalam keterangannya di Jakarta, Senin (16/12).
Dia mengatakan, makanan-makanan lokal yang biasa dikonsumsi masyarakat sering sekali justru lebih sehat dibanding makanan-makanan yang umumnya dimakan oleh masyarakat modern saat ini.
“Sebaiknya pemerintah sosialisasikan makanan-makanan lokal, yang jauh lebih sehat dibanding makanan-makanan zaman modern sekarang, demi mencegah stunting yang dapat melemahkan generasi emas yang dicita-citakan bangsa ini,” kata dia.
Nurhayati menjelaskan, akar permasalahan stunting karena kurangnya energi dan protein. Oleh karenanya, hal ini sangat berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak.
Balita yang mempunyai asupan energi dan protein kurang, papar Nurhayati, memiliki risiko menjadi stunting lebih besar dibanding balita yang mempunyai asupan energi dan protein yang cukup.
Bagi yang kekurangan asupan energy, risikonya tiga kali lebih besar sementar asupan protein yang kurang beresiko mengalami stunting empat kali lebih besar dibanding dengan balita yang asupan proteinnya cukup.
“Jika tidak diperbaiki sebelum usia 3 tahun (batita), maka akan menyebabkan penurunan kualitas fisik dan mental. Tentu ke depan, hal ini akan menghambat prestasi belajar dan produktivitas kerja,” kata dia.
Nurhayati menegaskan, jika cita-cita bangsa melalui visi-misi Jokowi, yaitu menciptakan sdm unggul untuk Indonesia maju tercapai, menghapuskan masalah stunting adalah hal dasar yang mesti direalisasikan. “Semua demi generasi emas yang dicita-citakan dan tentu ini soal kemanusiaan,” ujar dia.
Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalami stunting. Sekitar 40 persen anak di daerah pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek. Ada 178 juta anak didunia yang terlalu pendek berdasarkan usia dibandingkan dengan pertumbuhan standar WHO.
Permasalahan stunting di Indonesia menurut UNICEF yaitu diperkirakan sebanyak 7,8 juta anak mengalami stunting, sehingga UNICEF memposisikan Indonesia masuk kedalam lima besar negara dengan jumlah anak yang mengalami stunting tinggi.