REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Utusan khusus Amerika Serikat (AS) untuk Korea Utara (Korut) Stephen Biegun mendesak Pyongyang untuk mempertimbangkan kembali tawaran negosiasi terkait denuklirisasi. Biegun tiba di Seoul pada Ahad (15/12), dan berupaya untuk membuka kembali negosiasi dengan Korut.
"Amerika Serikat tidak memiliki tenggat waktu. Kami memiliki tujuan. Biarkan saya bericara dengan rekan-rekan kami di Korut. Sudah saatnya bagi kita untuk melakukan pekerjaan kita. Mari kita selesaikan ini. Kami di sini, dan Anda tahu bagaimana menghubungi kami," kata Biegun.
Ketegangan antara AS dan Korut meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Pyongyang telah melakukan serangkaian tes senjata dan mengobarkan kata-kata perang dengan Presiden AS Donald Trump.
Pemimpin Korut Kim Jong-un telah bertemu dengan Trump sebanyak tiga kali untuk merundingkan denuklirisasi. Namun, pertemuan tersebut tidak membuahkan hasil. Sementara, pembicaraan tingkat kerja yang dipimpin oleh Biegun pada Oktober di Stockholm juga menemui jalan buntu.
Pada Ahad (15/12) lalu, media pemerintah Korut melaporkan, Korut kembali melakukan uji coba di situs peluncuran satelit. Uji coba tersebut bertujuan untuk mengatasi ancaman nuklir AS.
Biegun mengaku prihatin atas pernyataan pejabat Korut yang menyatakan bahwa Korut tidak ingin bernegosiasi lagi dengan AS. Menurut Biegun, pernyataan tersebut menggambarkan bahwa kedua negara sedang bermusuhan. Padahal, AS selalu terbuka untuk dialog.
Para analis mengatakan, Korut kemungkinan kecil menerima tawaran AS untuk berdialog. Belum lama ini Pyongyang menyatakan bahwa Washington tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan, meskipun pembicaraan dibuka kembali.
"Korea Utara tidak akan muncul di meja perundingan, kecuali Amerika Serikat berjanji untuk membuat konsesi yang jelas ketimbang terus-menerus menyerukan pertemuan demi pertemuan," kata Kim Dong-yub, seorang profesor di Universitas Kyungnam di Seoul.