Senin 16 Dec 2019 12:01 WIB

155 Buku Madrasah Masuk Tahap Penilaian Kemenag

Buku madrasah menyajikan materi jihad dalam perspektif perjuangan bangun peradaban.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
155 Buku Madrasah Masuk Tahap Penilaian Kemenag. Foto siswa madrasah (ilustrasi).
Foto: Antara/Syifa Yulinnas
155 Buku Madrasah Masuk Tahap Penilaian Kemenag. Foto siswa madrasah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai tindak lanjut Keputusan Menteri Agama (KMA) No 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, Kementerian Agama telah menyiapkan 155 judul buku madrasah.

Saat ini, buku-buku tersebut memasuki tahapan penilaian oleh Tim Penilai Puslibang Lektur dan Khazanah Keagamaan. Penilaian tahap pertama berlangsung selama empat hari di Jakarta, mulai 14 hingga 17 Desember 2019. Sebanyak 155 buku ini diharapkan dapat mulai digunakan pada tahun ajaran 2020/2021.

Baca Juga

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag A Umar mengatakan 155 buku itu disajikan mengikuti penataan materi dan kinerja sajian pembelajaran yang sesuai KI/ KD yang termuat dalam KMA 183 Tahun 2019. Disebutkan KMA memenuhi bebagai kebutuhan aspek pendidikan siswa dalam menyiapkan anak bangsa agar siap hidup di abad 21.

Buku ini juga berusaha melahirkan pembelajaran yang mampu menjadikan Pendidikan Agama Islam sebagai instrumen kemajuan bangsa. Termasuk di dalamnya sebagai instrumen mempererat kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai modal mewujudkan Indonesia maju di masa depan.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah meletakkan materi sejarah khilafah, jihad, dan moderasi beragama secara korelatif dalam berbagai bentuk perjuangan umat Islam. Materi tersebut dimulai sejak zaman nabi sampai dengan perkembangan Islam masa kini dalam membangun peradaban bangsa.

"Materi sejarah khilafah, jihad, dan moderasi beragama dalam buku ini disajikan secara integratif, sehingga siswa MI, MTs hingga Madrasah Aliyah atau MA dapat memperoleh literasi yang luas atas keserasian tiga materi itu dalam perkembangan peradaban Islam," ujar Umar dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Senin (16/12).

Menurut Umar,  pembelajaran khilafah disajikan dalam perspektif sejarah untuk menjelaskan karakteristik dan pola kepemimpinan Rasullulah dan Khulafa’ur Rasyidin dalam membangun masyarakat Madinah sampai masa Islam modern. Perjuangan yang dilakukan diwarnai dengan nilai jihad dan moderasi beragama dalam menjaga keberagaman dan memperkuat masyarakat sipil.

Buku madrasah menyajikan materi jihad dalam perspektif perjuangan membangun peradaban dengan cara menggali makna dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dari masa perjuangan Rasulullah, sahabat, wali songo hingga para ulama. Tujuannya membangun peradaban baru yang melahirkan khazanah keilmuan dan keislaman.

Kepala Sub Direktorat Kurikulum Dit KSKK Madrasah, Ahmad Hidayatullah menjelaskan keserasian pembahasan materi sejarah khilafah, jihad, dan moderasi dalam buku ini disajikan secara unik dengan melibatkan kemampuan berfikir analisis kritis dan keterampilan tingkat tinggi siswa. Dengan begitu, pada saatnya siswa-siswi ini diharapkan memiliki kompetensi mencari solusi mewujudkan peradaban Indonesia maju dengan mengedepankan keharmonisan, perdamaian, toleransi, dalam merangkai keberagaman bangsa untuk mewujudkan Indonesia maju.

Daya kritis siswa dalam buku ini dilibatkan untuk mengambil makna yang dalam dari sikap kepemimpinan Nabi. Sikap Nabi dalam membangun masyarakat Madinah, perjuangan mempertahankan nilai-nilai perdamaian Islam dalam Fathu Makkah, berani membela kebenaran, serta perjuangan membangun dan menjaga kesepakatan dan keharmonisan dalam kehidupan bersama dengan kelompok non-Muslim patut ditiru.

"Siswa juga diajak mengenal dan menemukan saripati karakteristik kepemimpinan Rasul dalam mengedepankan nilai-nilai moderasi," ujar Ahmad.

Selain menggali secara mendalam keteladanan Nabi, dalam buku ini siswa juga dilibatkan berfikir kritis dan bersikap inovatif dalam kehidupan kekiniannya saat mengapresiasi kesalehan empat sahabat Nabi. Misalnya, kejujuran Abu Bakar, amanahnya Umar, kedermawanan Utsman, dan kepedulian Ali Bin Abu Tholib. Termasuk juga kelenturan sikap, ketabahan yang dikembangkan wali songo dan para ulama Indonesia dalam mewuiudkan kemajuan peradaban Indonesia.

"Buku ini tidak sekadar memberikan bekal pengetahuan agama, namun yang lebih penting buku ini berusaha menggerakkan daya belajar siswa untuk bersikap dan berprilaku dalam kehidupan beragama secara implementatif," ujar Ahmad.

Ahmad melanjutkan, buku-buku madrasah ini disiapkan untuk mengantarkan siswa madrasah sebagai pelaku utama dalam perannya mewujudkan Indonesia maju dengan berhasil menguatkan nilai berdikari, gotong royong, dan menjaga keharmonisan di tengah keberagaman masyarakat.

Sebelumnya, Kemenag telah memberitakan akan merombak 155 buku agama untuk madrasah. Buku ini terdiri dari buku ajar, pegangan guru, dan penunjang.

Menteri Agama Fachrul Razi menyebut buku yang direvisi adalah akidah akhlak, Alquran dan hadist, masalah fikih, sejarah kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Revisi ini dilakukan oleh tim ahli.

"Revisi dilakukan untuk mengikuti perkembangan sains dan teknologi. Lalu agar lebih kontekstual berbasis revolusi mental, selaras juga dengan masalah isu saat ini. Misal masalah anti-korupsi dan sebagainya. Muatan pendidikan kita tambahkan kemudian mengedepankan moderasi beragama," ujarnya November lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement