Senin 16 Dec 2019 14:16 WIB

Ekspor Pertanian Meningkat Dibandingkan Sektor Lainnya

Total ekspor pertanian pada November mencapai 334,3 juta dolar AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).
Foto: Republika/Adinda Pryanka
Kepala BPS Suhariyanto dan Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS Yunita Rusanti dalam konferensi pers mengenai kinerja neraca dagang November 2019 di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertanian menjadi satu-satunya sektor non migas yang mengalami kenaikan ekspor pada November. Pertumbuhannya dibandingkan tahun lalu adalah 4,42 persen.

Sedangkan, industri pengolahan dan pertambangan dan lainnya masing-masing mengalami kontraksi 1,66 persen dan 19,09 persen.

Baca Juga

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, secara nilai, total ekspor pertanian pada November mencapai 334,3 juta dolar AS. Sedangkan, tahun lalu adalah 320,1 juta dolar AS.

"Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan adalah sarang burung, kopi dan rumput laut," ujarnya dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (16/12).

Tapi, Suhariyanto mengatakan, kontribusi ekspor pertanian terlampau kecil, yakni 2,39 persen dari keseluruhan kinerja ekspor November. Oleh karena itu, dorongannya terhadap pertumbuhan ekspor pun tidak menjadi signifikan.

Sementara itu, nilai ekspor industri pengolahan pada November 2019 adalah 10,58 miliar dolar AS, turun dibandingkan November 2018, 10,76 miliar dolar AS. Beberapa produk yang mengalami penurunan adalah besi dan baja hingga kendaraan bermotor roda empat dan lebih.

Penurunan terdalam terjadi pada ekspor sektor pertambangan. Nilainya pada bulan lalu adalah 1,98 miliar dolar AS, sedangkan tahun lalu dapat mencapai 2,45 miliar dolar AS.

"Penyebabnya, harga batu bara yang turun dari tahun lalu," tutur Suhariyanto.

Secara total, nilai ekspor Indonesia pada November adalah 14,01 miliar dolar AS. Nilai ini menurun dibandingkan November 2018 maupun Oktober 2019 yang masing-masing adalah 14,85 miliar dolar AS dan 14,93 miliar dolar AS.

Sementara itu, nilai akumulasi ekspor Januari sampai November 2019 adalah 153,1 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 7,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu, 165,7 miliar dolar AS.

Berdasarkan HS 2 digit, kontraksi paling dalam terjadi pada golongan barang bijih, terak dan abu logam (HS26). Penurunannya mencapai 45,61 persen dari 5,03 miliar dolar AS pada Januari-November 2018 menjadi 2,74 miliar dolar AS.

"Komoditas ini biasa dikirim ke China, Jepang dan Korea Selatan," kata Suhariyanto.

Di sisi lain, peningkatan terbesar terjadi pada kapal, perahu dan struktur terapung yaitu hingga 52,73 persen dari 159,2 juta dolar AS pada Januari-November 2019 menjadi 243,1 juta dolar AS pada periode yang sama di tahun ini. Negara tujuan komoditas ini adalah Singapura dan China.

BPS mencatat, neraca dagang Indonesia pada periode Januari hingga November 2019 sudah mengalami defisit 3,11 miliar dolar AS. Sementara neraca dagang nonmigas masih tumbuh positif 5,2 miliar dolar AS, neraca dagang migas mengalami defisit 8,3 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement